Add caption |
Penulis: Arianto
Muditom, Praktisi
Perbankan
Sampai saat penulis terinspirasi untuk menulis artikel ini, secara personal sejujurnya penulis sendiri masih sering rancu dalam membedakan arti pemasaran dan penjualan.
Hal termudah untuk menemukan sumber “kerancuan” tersebut adalah salah
satunya pada saat penulis melakukan proses perencanaan rencana bisnis tahunan.
Strategi Pemasaran dan Strategi Penjualan sering kali
disamaartikan.Langkah-langkah implementasi strategi pemasaran seringkali berisi
rencana aktivitas-aktivitas penjualan, termasuk target-target ukuran
keberhasilan dan deliverables dari rencana pemasaran pun seringkali berisi
hasil-hasil penjualan.
Hal lain yang sering ditemui adalah pada iklan-iklan lowongan
pekerjaan, kualifikasi posisi sebagai “tenaga pemasar” tidak dibedakan secara
jelas dengan kualifikasi posisi sebagai “tenaga penjual”. Hal ini mengakibatkan
persepsi di benak pencari lowongan pekerjaan bahwa tenaga pemasaran sebuah
merek mobil adalah identik dengan tenaga penjualan mobil yang menawarkan mobil
dengan agresif, berbicara dengan ritme yang cepat dan berpakaian mencolok.
Atas dasar hal-hal tersebut, penulis tertarik untuk mencari kembali
definisi dasar dari “pemasaran” dan “penjualan” untuk coba dituangkan dalam
artikel ini. Tujuan yang ingin diperoleh tentunya adalah untuk optimalisasi
upaya yang dapat menghasilkan penjualan maksimal.
Pemasar
Sebagai Agen Pembelian
Pakar manajemen besar Peter Drucker pernah menyampaikan bahwa orang Jepang-lah yang menemukan pemasaran yang sesungguhnya, dan bukan di abad ini, melainkan di abad 17. Saat itu seorang pedagang dengan konsep eceran yang berbeda datang ke Tokyo dari suatu tempat dan membuka apa yang saat ini disebut sebagai took eceran. Selain itu pedagang ini memiliki konsep menjual yang revolusioner setidaknya pada masa itu. Sebelumnya, semua penjualan dilakukan oleh penjual yang membuat atau menanam apa yang mereka jual (makanan, pakaian, perlengkapan lain), sedangkan pedagang baru ini berbeda. Perbedaannya adalah pada dua hal, yang pertama adalah dia tidak menjual satu jenis barang saja tetapi menjual berbagai macam barang.Kedua, dia tidak membuat barang yang dijualnya tetapi membeli dari orang yang membuatnya. Pedagang ini memposisikan dirinya sebagai agen pembelian untuk apa yang diinginkan oleh pelanggannya.
Sebagai seorang agen pembelian,
tugas pedagang ini bukanlah membujuk orang lain untuk membeli produk yang sudah
ada ditangannya sehingga harus terjual, melainkan lebih pada menemukan apa yang
diinginkan oleh pelanggannya dan kemudian mendapatkan produk yang diinginkan
tersebut dari orang lain untuk dijual kepada pelanggan yang menginginkan tersebut.
Dari cerita singkat diatas, satu pemahaman penting yang dapat diambil
adalah bahwa pemasar yang baik bukanlah
seorang agen penjual dari produk/merek/perusahaan yang mempekerjakannya. Seorang
pemasar terbaik adalah seorang agen
pembelian yang dapat mengenali keinginan pelanggannya secara tepat dan
mengetahui sumber penyedia barang/jasa yang sesuai keinginan pelanggan tersebut
untuk kemudian dapat dijual kepadanya.
Pemasaran
Adalah Dasar Customer Centricity
Meski customer centricity sangat gencar digaungkan dalam beberapa tahun terakhir, pada prakteknya sampai saat ini, setidaknya di mata penulis, pemahaman customer centric ini belum sepenuhnya merasuk pada para pelaku bisnis. Cerita abad 17 tentang pemasaran di Jepang sebelumya pada dasarnya adalah customer centricity dalam arti sesungguhnya.
Eforia yang terjadi hanyalah sebatas pada perekruitan tenaga pemasar “professional” dan penambahan fungsi
pemasaran pada setiap lini organisasi. Pada implementasinya beberapa perusahaan
mengadopsi konsep pemasaran secara organisasi melalui berbagai macam cara.
Beberapa perusahaan menambahkan unit organisasi terpisah yang
seolah-olah diberikan kewenangan dan tanggung jawab strategis dalam hal riset
pemasaran atau pengembang strategi pemasaran, namun pada kenyataannya unit
tersebut hanya berfungsi sebagai kendaraan atau alat bagi manajemen puncak atau
unit organisasi lain untuk mengalokasikan pos biaya pemasaran. Unit ini tidak
memiliki ukuran kinerja yang jelas sehingga ukuran keberhasilannya hanya “menumpang”
pada unit lain yang memanfaatkan fungsinya.
Perusahaan lainnya menggabungkan unit pemasaran dan unit penjualan,
unit ini kadang-kadang bertanggungjawab terhadap pemasaran dan kadang-kadang
bertanggungjawab soal penjualan. Peter Drucker dalam hal ini memiliki pandangan
bahwa pemasaran mendorong bisnis dan dibutuhkan otoritas di dalam bisnis untuk
memasarkan secara benar (Sumber: “A Class with Drucker”, William A. Cohen
Ph.D., Gramedia, 2008).
Mengetahui keinginan pembeli selayaknya menjadi indikator kinerja
utama seorang pemasar, sehingga strategi pemasaran terbaik adalah strategi
untuk mengenali keinginan dan kebutuhan calon pembeli. Pada era keterbukaan
saat ini bahkan seringkali kebutuhan calon pembeli didokumentasikan dan
dipublikasikan secara terbuka (misalnya melalui pengumuman lelang kebutuhan
terbuka atau publikasi request for
proposal – RFP). Tetapi yang seringkali pula terjadi adalah publikasi
kebutuhan tersebut ditanggapi perusahaan calon vendor dengan mengedepankan
produk dan/atau layanan yang dimiliki dengan mengesampingkan definisi kebutuhan
yang telah dipublikasikan tersebut. Calon vendor lebih fokus pada penyusunan
proposal yang menonjolkan terobosan teknologi/fitur dari produk yang akan
ditawarkan serta penawaran harga yang rendah.
Sepanjang pemasar dari perusahaan calon vendor tersebut tidak
benar-benar mengenali kebutuhan (atau keinginan) calon pembeli, maka proposal
penawaran yang disampaikan tidak akan menjawab kebutuhan atau keinginan
tersebut dan hasil yang diperoleh tentunya sudah bisa ditebak, yaitu kegagalan
menjual.
Strategi Perusahaan – Strategi Pemasaran – Taktik Pemasaran
Apa yang terjadi pada saat perusahaan menetapkan strategi, kemudian strategi perusahaan tersebut diterjemahkan dalam strategi pemasaran dan taktik pemasaran, tetapi pada implementasinya tidak sesuai rencana. What to do – dalam strategi pemasaran, adalah hal yang lebih mudah ditetapkan, tetapi how to do – lah permasalahannya.
Dalam sebuah artikel berjudul “Making
Your Marketing Strategy Work” (Harvard Business Review, March-April 1984),
Thomas V. Bonoma menyajikan sebuah matriks sederhana untuk menjelaskan tentang
hasil implementasi strategi pemasaran. Pada poros vertikal, implementasi
pemasaran ditunjukkan dengan parameter meningkat dari buruk (poor) sampai
dengan baik sekali (excellent), sedangkan pada poros
horizontal menyajikan parameter kesesuaian dari tidak sesuai (inappropriate)
sampai dengan sesuai (appropriate).
Matriks ini memberikan klasifikasi 4 kwadran, yaitu (1) Kesuksesan (success); (2) Kegagalan (failure); (3) Kesulitan (trouble); dan (4) Kemungkinan kesuksesan
jangka pendek namun pada akhirnya gagal (rescue
or ruin).
Gambar 1. Matrik Implementasi
Strategi/Taktik Pemasaran
Artikel Bonoma diatas sangat bagus dalam memberikan gambaran bahwa implementasi yang baik dapat mengatasi strategi/taktik yang buruk. Strategi seringkali dibagi menjadi 3 tingkat yaitu strategi perusahaan, strategi pemasaran dan taktik pemasaran.
Pemasar seharusnya lebih teliti dan hati-hati
dalam menetapkan strategi, sebagaimana 3 tingkat diatas, sebelum
mengimplementasikannya. Result oriented yang
menjadi tolok ukur seorang penjual, seringkali mempedomani pernyataan dalam
artikel Bonoma diatas secara mutlak sehingga bagi penjual strategi menjadi
tidak lebih penting dibandingkan implementasinya.
Pemasar yang baik tentunya harus melakukan
perencanaan strategi dengan matang sehingga penjual dapat menjalankan upaya
penjualannya berdasarkan perencanaan strategi tersebut dengan baik. Seluruh
lini pemasaran dan penjualan harus memastikan bahwa implementasi strategi yang
dijalankan benar-benar dapat menghasilkan angka penjualan terbaik.
Kata kunci dari bagian ini adalah jangan implementasikan strategi yang buruk, segera
ubah atau perbaiki strategi menjadi lebih baik dan implementasikan secara
disiplin.
Pemasaran
Yang Menghasilkan Penjualan
Bagaimanakah pemasaran yang menghasilkan penjualan? Dari hal-hal yang telah disajikan diatas beberapa hal penting yang dapat dikutip adalah sebagai berikut.
Pemasar bukan-lah agen penjualan, namun pemasar
adalah agen pembelian. Untuk itu perusahaan harus dapat menciptakan
pemasar-pemasar handal yang bersedia dan mampu mempelajari keinginginan pembeli
secara tepat. Pemasar dalam hal ini harus mampu menjadi agen pembeli dalam mewujudkan
kebutuhan/keinginannya. Pemasar harus mampu mencari solusi terbaik untuk
pemenuhan kebutuhan tersebut melalui sumber daya produk/layanan yang dimiliki
perusahaannya, termasuk dalam hal ini adalah mampu memberikan umpan balik pada
unit pengembangan produk/layanan yang ada agar dapat mengembangkan
produk/layanan sesuai dengan kebutuhan/keinginan calon pembeli.
Berikutnya hal yang dapat dikutip adalah bahwa
strategi disusun sebagai acuan utama dalam melakukan tindakan. Perubahan atau
perbaikan strategi bukanlah hal yang tabu untuk dilakukan. Sepanjang perbaikan
tersebut dilakukan secara sistematis dan responsif terhadap kesulitan
implementasi yang tidak lagi dapat disiasati, maka perbaikan harus segera
dilakukan. Sebagaimana telah disampaikan diatas bahwa mengetahui keinginan
pembeli selayaknya menjadi indikator kinerja utama seorang pemasar, maka
strategi pemasaran terbaik adalah strategi untuk mengenali keinginan dan
kebutuhan calon pembeli. Trik yang dapat diterapkan diantaranya adalah
- Pisahkan antara target pemasar dan target penjual,
- Pisahkan pula antara target yang ingin dicapai dari strategi pemasaran dan strategi penjualan,
- Tetapkan kualifikasi yang tepat dalam melakukan perekruitan tenaga pemasar atau tenaga penjual.
- Hal lain yang tidak kalah penting adalah bahwa baik pemasar ataupun penjual, tidak ada kata tidak mereka harus menguasai seluk beluk detail mengenai produk/layanan yang akan dijual (jenis, fitur, kelebihan, kekurangan, harga, dan lain-lain).
Bila strategi pemasaran telah disusun secara
tepat dan dapat diimplementasikan dengan benar maka penjualan pada dasarnya
akan terjadi dengan sendirinya. Dalam hal ini peran tenaga penjual adalah
memastikan percepatan penetrasi pasar dan distribusi kepada pengguna akhir, sehingga
pada akhirnya kita dapat menyatakan bahwa optimalisasi strategi pemasaran akan
dapat menghasilkan penjualan secara langsung. Bagaimana dengan perusahaan Anda?
Sudah kah perusahaan Anda memiliki tenaga pemasar yang sesungguhnya?
Komentar
Posting Komentar