Usaha Yang Kita Rintis Adalah Milik Anak & Cucu Kita Kelak
Pada kesempatan ini saya ingin berbagi informasi dari apa yang saya dapatkan dari kakak ipar saya yang merupakan pengusaha dan konsultan perusahaan-perusahaan besar di Jakarta dan Rusia.
Pada kesempatan ini saya ingin berbagi informasi dari apa yang saya dapatkan dari kakak ipar saya yang merupakan pengusaha dan konsultan perusahaan-perusahaan besar di Jakarta dan Rusia.
Seringkali kita terlena, bahwa dengan memberikan pendidikan dan mencukupi kebutuhan pokok generasi penerus (anak-anak) kita, tugas kita telah selesai. Kita menabung dan menambah asset untuk tujuan tersebut sebelumnya, dan cenderung membiarkan tabungan dan asset yang sudah kita miliki tanpa produktivitas.
Kita lupa bahwa kita juga memiliki kewajiban untuk membangun asset produktif kepada penerus kita, dan asset produktif ini adalah berupa "usaha" bukan sekedar tanah, bangunan, mobil dan tabungan.
Asset produktif adalah asset yang mampu menghasilkan atau melahirkan asset "yang lain", yang tidak lain ada "usaha" atau bisnis.
Nah, inilah saya gali lebih jauh dari pembicaraan saya dengan kakak ipar saya yang notabene sudah sangat berpengalaman. Maaf, saya tidak bisa menyebutkan nama beliau karena beliau tidak suka dipublikasikan terbuka.
Oleh sebab itu membangun "usaha" tidaklah cukup dimulai dari generasi sekarang, melainkan dari generasi sebelumnya. Dan jika pun kita memulai sekarang, maka visi kita adalah untuk anak cucu kita mendatang. Sebuah penyadaran dari beliaunya, bahwa kita seharusnya tidak membiarkan anak cucu kita "bekerja" kepada orang lain, seharusnya mereka bekerja untuk orang tuanya untuk membangun kerajaan bisnis keluarga.
Apakah perusahaan keluarga itu salah ? Tidak, justru itu yang harus kita bangun. Dengan manajemen dan teknologi bukankah Djarum, Sampoerna, Bakrie bisa menjadi yang nomor satu di Indonesia, belum lagi perusahaan-perusahaan keluarga yang lain.
Mari kita mulai membangun usaha kita mulai dari sekarang, untuk anak cucu kita.
Dinner @ Horapa Ciputra Mall, Kamis 9 April 2015 |
Komentar
Posting Komentar