Rupiah Jeblok, UKM Berpeluang Dongkrak Ekspor
Safyra Primadhyta,
CNN Indonesia
Seorang perajin menyelesaikan pembuatan kain batik pada pameran "Batik Warisan Budaya VII", di Plaza Kemenperin, Jakarta, Selasa (30/9). (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
Jakarta, CNN
Indonesia -- Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) berkontribusi ekspor mencapai US$ 23 miliar
sepanjang 2014. Capaian tersebut dinilai membuat peluang UKM untuk menyokong
ekspor terbuka lebar, karena pelemahan rupiah dinilai tidak menggoncang sektor
tersebut.
Direktur
Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Nus Nuzulia Ishak menilai melemahnya
nilai tukar rupiah terhadap mata uang negeri Paman Sam akhir-akhir ini membuka
peluang bagi UKM tanah air untuk mengenjot penjualan produk ekspornya.
“Pasalnya,
depresiasi rupiah terhadap dolar AS membuat harga produk ekspor tanah air
menjadi relatif lebih murah di mata dunia,” ujar Nus ketika ditemui di
kantornya, Jumat (13/3).
Kendati demikian Nus menekankan, untuk masuk ke pasar internasional pelaku usaha tanah air harus memiliki pengetahuan mengenai ekspor dan harus memenuhi standar kualitas produk negara tujuan.
“Sekarang itu kan negara tujuan ekspor kan menentukan persyaratannya, menentukan technical regulation, cukup ketat kan. Misalnya, di dalam furniture itu catnya tidak boleh mengandung kadar timah,” ujarnya.
Nus mengungkapkan, sektor perhiasan menjadi salah satu andalan ekspor
UKM. Tahun lalu, nilai ekspor perhiasan mencapai US$ 4,6 miliar, meningkat 64
persen dari tahun 2013 yang mencapai US$ 2,7 miliar. Produk perhiasan banyak
diminati oleh pembeli dari Hongkong, Timur Tengah, Singapura, Jepang, Amerika
Serikat (AS), dan beberapa negara di Eropa.
“Faktor (peningkatannya) kami lihat permintaan perhiasan ini cukup gencar tahun 2014 ini dan mudah-mudahan sih tahun 2015 juga tetap bagus,” kata Nus.
UKM pengekspor perhiasan, lanjut Nus, banyak berasal dari Jawa Timur (Jatim). Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat, sampai November 2014, ekspor perhiasan Jatim mencapai US$ 2,6 miliar, lebih dari separuh nilai ekspor perhiasan tanah sepanjang 2014.
Topangan Industri Mebel
Selain perhiasan, produk perabot kayu/mebel (furniture) juga
banyak dilirik oleh pelaku UKM. Tahun lalu kontribusi UKM pada ekspor perabot
adalah US$ 1,8 miliar, meningkat sekitar 4 persen dari tahun 2013. Produk
perabot sendiri dinilai Nus sebagai produk yang akan meraup untung paling
banyak dari adanya depresiasi rupiah terhadap dolar AS karena kandungan
lokalnya sangat tinggi.
“Yang sangat diuntungkan (dari adanya depresiasi rupiah terhadap dolar AS) adalah furniture kita. Furniture kita kan almost 90 persen itu konten lokal,” ujar Nus.
Komentar
Posting Komentar