Ngampin Kabupaten Semarang
Jika melintas dari arah Yogya atau Magelang ke arah Semarang, pasti anda akan diberikan 2 pilihan antara lewat jalan lingkar yang mulus dan lebar atau lewat kota Ambarawa yang "mungkin" macet. Cobalah lewat kota Ambarawa, beberapa ratus meter dari persimpangan itu pada malam hari anda akan melewati banyak sekali kedai penjual srabi di daerah Ngampin.
Dulu sebelum ada jalan lingkar, nasib mereka cukup lumayan karena banyak orang yang melintas mampir untuk makan srabi Ngampin yang khas, hangat dan manis. Namun sekarang, nasib mereka agak kurang beruntung karena pengemudi lebih memilih jalan lingkar yang mulus dan lebar sehingga tidak melewati lokasi jualan mereka.
Sudah saya amati beberapa lebaran kedai-kedai itu begitu sepi, padahal berjualan serabi merupakan andalan mereka untuk mecukupi kebutuhan hidup. Beberapa penjual srabi di Ngampin mengeluhkan hal yang sama, namun mereka akan terus setia menggelar dagangan mereka dan menunggu rejeki menghampiri mereka ketika pelanggan yang masih kangen dengan nikmatnya srabi Ngampin di malam hari sambil melepas penat setelah berjam-jam berkendara.
|
Srabi Ngampin, yang belum diberi kuah santan |
|
Dimakan dalam kondiisi hangat di malam hari, begitu nikmatnya. |
Srabi adalah makanan tradisional jawa yang terbuat dari adonan tepung beras, mirip apem tapi lebih lembut. Kuahnya dari santan kelapa yang diberi gula dan disajikan dalam kondisi hangat. Bagi kebanyakan orang Jawa pasti sudah mengenal makanan asli ini, tapi menikmatinya dalam posisi badan lelah selama mengemudi di malam hari dan santai di pinggir jalan begitu beda sensasinya.
|
Menikmati Srabi Ngampin, Menunggu pulih kembali. Recharge ! |
|
1 porsi hanya Rp 5.000,- |
Namun sekarang hanya 4-5 mobil yang mampir, karena mereka ingin lewat kota Ambarawa, berbeda dengan masa sebelum ada jalang lingkar yang bisa puluhan mobil berjajar parkir untuk menikmati Srabi Ngampin. Akankah masa itu akan kembali ? Melihat keyakinan penjual-penjual di sana, saya yakin masa itu akan datang lagi. Kesabaran dan ketekunan mereka pasti akan berbuah hasil.
|
Mbak Restu begitu sabar menunggu pelanggan. |
|
Cheer Mbak ! Kami akan coba bantu. |
|
Setiap malam mereka menunggu pelanggan yang melintas kota Ambarawa dari arah Magelang. |
Adalah Mbak Restu, salah satu dari pedagang srabi yang masih berusia belia yang malam itu kami ajak ngobrol. Ada banyak generasi muda yang berjualan di lokasi tersebut, tapi masih malu-malu untuk diajak ngobrol. Bisa mendapatkan omzet Rp 100.000 per hari bagi mereka sudah sangat luar biasa untuk saat ini, berbeda dengan dulu yang mereka bisa dapatkan Rp 300.000 per hari bahkan lebih.
Kami tidak ingin membangun bisnis dari rasa kasihan
Bukan rasa kasihan yang ingin kami bangun, melainkan mengingatkan bahwa daerah ini punya potensi dan perlu sentuhan atau pengalihan lokasi yang banyak dilintasi kendaraan. Siapakah yang akan memberitahu tempat mereka berjualan ? Tidak ada, selain kita-kita nanti. Mereka hanya butuh banyak orang tahu bahwa mereka masih ada, dan bahwa apa yang mereka suguhkan masih layak untuk memberikan sebuah sensasi malam ketika melintas di Ambarawa.
Jika mau jujur, selain kios-kios durian yang masih beruntung terlintasi orang dari Magelang (Yogya) yang melalui jalan lingkar, kedai-kedai Srabi Ngampin ini juga menyajikan suguhan tradional yang unik. Menyediakan sebuah kehangatan silaturahmi antara pengendara yang satu dengan yang lainnya. Kehangatan dan kemanisan Srabi Ngampin ini pun merupakan teman yang nyaman ketika kita lelah mengemudi.
Jika ada yang ingin membelinya untuk dibawa pun tidak masalah, dan jika tidak ingin melewati kota Ambarawa pun sebenarnya mereka hanya menyempatkan masuk kira-kira ratusan meter saja dan putar balik ke arah jalan lingkar lagi.
Kami sangat ingin di ujung jalan ke arah lokasi itu ada reklame yang menarik kepada para pengendara untuk menyempatkan masuk ke jalan tersebut. Sebuah reklame yang mencolok yang mengangkat Srabi Ngampin sebagai kebanggaan Kabupaten Semarang, sebuah reklame yang akan membantu penghasilan banyak orang di daerah tersebut.
Komentar
Posting Komentar