Sejarah Alumunium Foil
Awal
abad ke-19, aluminium menghiasi mahkota raja Denmark. Napoleon III
menggunakannya sebagai peralatan makan. Sejak akhir abad ke-19 aluminium
digunakan sebagai kemasan karena harganya lebih murah dibanding tin
foil (foil dari timah). Penggunaan logam sebagai bahan pengemas
diperkenalkan oleh Nicholas Appert pada zaman perang Napoleon Bonaparte.
Nicholas Appert membuktikan makanan yang dikemas dalam kaleng, disegel
dan disterilisasi dengan merebusnya dapat disimpan untuk jangka waktu
lama. Produsen kemasan kaleng membuat kemasan seringan dan semurah
mungkin dengan mengurangi ketebalan logam. Banyak digunakan pada minuman
kaleng dengan penutup yang mudah dibuka tanpa alat. Agar kemasan lebih
ringan, produsen mengurangi ketebalan dinding kaleng. Produk minuman
cola menggunakan logam tipis, namun bentuknya masih dapat dipertahankan
dengan baik. Hal itu disebabkan oleh tekanan karbon-dioksida dari dalam.
Produk minuman ini menggunakan tiga material berbeda pada varian
produknya, yaitu logam, gelas, dan plastik (Astawan, 2008).
Teknik
pengalengan makanan sebagai upaya pengawetan bahan pangan pertama
sekali dikembangkan pada tahun 1809 yaitu pada zaman pemerintahan
Napoleon Bonaparte yaitu dari hasil penemuan Nicholas Appert. Aspek
legislasi pengalengan makanan ditetapkan tahun 1810 yang dikenal dengan
“l’art de conserver”. Tahun 1810 Peter Duran dari Ingris menciptakan
kaleng. Tahun 1817 William Underwood (imigran asal Inggris) mendirikan
industri pengalengan makanan yang pertama di Amerika Serikat. Kapten
Edward Perry yang melakukan ekspedisi ke kutub utara pada tahun 1819,
1824 dan 1826 telah menggunakan makanan kaleng sebagai logistik mereka
(Julianti, 2007).
Alumunium
foil (alufo) diproduksi secara komersial pertama kali pada tahun 1910.
Kaleng aluminium untuk kemasan bir digunakan pertama sekali tahun 1965.
Awalnya pembuatan kaleng dilakukan secara manual yaitu hanya dihasilkan
5-6 kaleng per jam. Akhir tahun 1900 ditemukan cara pembuatan kaleng
termasuk cara pengisian dan penutupannya yang lebih maju dan bersih.
Kaleng alumunium awalnya diperkenalkan sebagai wadah pelumas. Tahun 1866
ditemukan alat pembuka kaleng yang berupa kunci pemutar untuk
menggantikan paku atau pahat. Tahun 1875 ditemukan alat pembuka kaleng
dengan prinsip ungkit. Tahun 1889 ditemukan kaleng-kaleng aerosol,
tetapi saat ini kaleng aerosol banyak ditentang karena dapat merusak
lapisan ozon (Julianti, 2007).
Pengertian Alumunium Foil
Foil
adalah bahan tipis dari logam yang digulung dengan ketebalan kurang
dari 0,15 mm dan memiliki lebar 1,52 meter hingga 4,06 meter. Umumnya
foil tidak murni berbasis logam. Karakteristik aluminum foil dikagumi
karena kuat, ringan, tahan panas, dan hampir kedap udara, tidak
mengandung magnet, sehingga membantu memisahkan aluminium dari kaleng
saat daur ulang. Kekedapan terhadap oksigen membuat aluminum foil
merupakan kemasan ideal untuk ekspor karena sering mengalami kendala
korosi. Selain itu, mudah dibentuk, sekalipun mudah berkerut. Aluminum
foil sering digunakan sebagai lapisan dalam dari kontainer untuk
melindungi produk dari kerusakan, seperti melapisi bagian dalam kotak
jus. Meskipun dapat menahan lemak, ketahanannya terhadap asam dan basa
masih kurang, sehingga memerlukan tambahan lapisan dari lilin atau
lapisan kimia lain. Ketahanannya terhadap panas matahari membuat
aluminum foil banyak digunakan juga pada bahan-bahan kesehatan.
Ketahanan aluminum foil terhadap panas dapat mencapai suhu 550 derajat
Celsius, sehingga alat-alat kedokteran dapat disterilkan dengan
dibungkus bahan ini (Astawan, 2008).
Alumunium
foil lebih ringan daripada baja, mudah dibentuk, tidak berasa, tidak
berbau, tidak beracun, dapat menahan masuknya gas, mempunyai
konduktivitas panas yang baik dan dapat didaur ulang. Alumunium Foil
adalah bahan kemasan berupa lembaran logam aluminum yang padat dan tipis
dengan ketebalan <0.15 mm. Kemasan ini mempunyai tingkat kekerasan
dari 0 yaitu sangat lunak, hingga H-n yang berarti keras. Semakin tinggi
bilangan H-, maka Alumunium Foil tersebut semakin keras. Ketebalan dari
Alumunium Foil menentukan sifat protektifnya. Jika kurang tebal, maka
foil tersebut dapat dilalui oleh gas dan uap. Pada ketebalan 0.0375 mm,
maka permeabilitasnya terhadap uap air = 0, artinya foil tersebut tidak
dapat dilalui oleh uap air. Foil dengan ukuran 0.009 mm biasanya
digunakan untuk permen dan susu, sedangkan foil dengan ukuran 0.05 mm
digunakan sebagai tutup botol multitrip (Julianti, 2007).
Sifat-sifat Alumunium Foil
Sifat-sifat
dari Alumunium Foil adalah hermetis, fleksibel, tidak tembus cahaya
sehingga dapat digunakan untuk mengemas bahan-bahan yang berlemak dan
bahan-bahan yang peka terhadap cahaya seperti margarin dan yoghurt.
Alumunium Foil banyak digunakan sebagai bahan pelapis atau laminan.
Kombinasi Alumunium Foil dengan bahan kemasan lain dapat menghasilkan
jenis kemasan baru yang disebut dengan retort pouch. Syarat-syarat
retort pouch adalah harus mempunyai daya simpan yang tinggi, teknik
penutupan mudah, tidak mudah sobek bila tertusuk dan tahan terhadap suhu
sterilisasi yang tinggi (Julianti, 2007).
Alumunium
foil memiliki sifat-sifat yaitu tidak terpengaruh sinar matahari, tidak
dapat terbakar, tidak bersifat menyerap bahan atau zat lain, tidak
menunjukkan perubahan ukuran dengan berubah-ubah RH. Apabila secra
ritmis kontak dengan air, biasanya tidak akan terpengaruh atau bila
berpengaruh sangat kecil. Sifat-sifat mekanis alumunium foil yang sangat
penting adalah “tensile strength“, elastisitas dan daya tahannya terhadap sobekan dan lipatan (Suyitno, 1990).
Alumunium
Foil menempati posisi yang penting dalam produk kemas fleksibel karena
memiliki barriers yang memuaskan dan penampilan yang baik. Foil yang
biasa digunakan dengan ketebalan antara 6 mikron sampai dengan 150
mikron baik soft temper maupun hard temper. Soft maupun hard temper,
tergantung dari komposisi dari alloy dan treatment terhadap foil
tersebut. Umumnya untuk kepentingan kemas fleksibel foil yang digunakan
tebalnya kurang dari 25 mikron. Namun demikian untuk keperluan tertentu
dengan contoh yang lebih tebal Alumunium Foil yang soft temper akan
mudah membentuk dead-fold, dan tidak mudah kembali, dan bisa dibentuk
menurut keinginan (Departemen perindustrian, 2007).
Alumunium
foil memiliki sifat tidak berbau, tidak ada rasa, tidak berbahaya dan
hygienis, tidak mudah membuat pertumbuhan bakteri dan jamur. Karena
harganya yang cukup mahal, maka aplikasi dari Alumunium Foil sekarang
ini banyak disaingi oleh metalized aluminium film. Coating yang sangat
tipis dari aluminium, yang dilaksanakan di ruang vacuum, hasilnya adalah
suatu produk yang ekonomis dan kadang-kadang fungsinya dapat menyaingi
Alumunium Foil, dalam aplikasi kemas fleksibel dan memiliki proteksi
yang cukup baik terhadap cahaya, moisture dan oksigen (Departemen
perindustrian, 2007).
Sifat kekerasan alumunium foil menurut Suyitno (1990) adalah sebagai berikut:
-
“O” temper dihasilkan dengan membiarkan foil dikenakan pemanasan terkontrol, disusul oleh pendinginan terkendali. Foil dengan “O” temper berarti paling empuk dan memiliki sifat-sifat fisik fisik terendah.
-
“H” temper : dihasilkan dengan mengeraskan metal dibawah tegangan dengan rolling sampai keras.
H 18 : keras penuh, dikeraskan dengan rolling
H 19 : “foil superhard”
Penggunaan Alumunium foil untuk Kemasan Bahan Pangan
Berbagai
jenis produk makanan yangdikemas dengan menggunakan bahan pengemas
alumunium foil menunjukkan makanan tersebut cukup baik dan tahan
terhadap alumuniu dengan resiko pengkaratan kecil. Teknik pengemasan
dengan cara mengkombinasikan berbagai jenis bahan kemas bentuk
(fleksibel) telah menghasilkan suatu bentuk yang disebut “retort pouch“. Bahan kemasan yang berbentuk “retort pouch” memiliki beberapa keunggulan diantaranya yaitu:
-
Daya simpan tinggi
-
Teknik penutupan mudah, dengan panas, kuat, tidak mudah sobek tertusuk,
-
Tahan thd proses pemanasan sterilisasi
-
Resisten terhadap penetrasi lemak, minyak atau komponen makanan lainnya
-
Tahan terhadap UV
Menurut
Julianti (2007) aluminium dapat digunakan untuk mengemas produk
buah-buahan dan sayuran, produk daging, ikan dan kernag-kerangan, produk
susu dan minuman. Penggunaan kemasan aluminium untuk bahan-bahan ini
harus memperhatikan beberapa kondisi sebagai berikut:
a. Produk Buah-buahan dan Sayuran
Aluminium
yang digunakan untuk mengemasan produk buah-buah harus dilapisi dengan
enamel untuk mencegah terjadinya akumulasi gas hidrogen yang dapat
menyebabkan terbentuknya gelembung gas dan karat. Penyimpangan warna
pada saus apel yang dikemas dengan aluminium, dapat dicegah dengan
menambahkan asam askorbat.
b. Produk daging
Pengemasan
daging dengan wadah aluminium tidak menyebabkan terjadinya perubahan
warna sebagaimana yang terjadi pada logam lain. Produk yang mengandung
asam amino dengan sulfur seperti daging dan ikan dapat bereaksi dengan
besi dan membentuk noda hitam. Penambahan aluminium yang dipatri pada
kaleng tin plate dapat mencegah pembentukan noda karat. Pada
produk daging yang berkadar garam tinggi dan mengandung bumbu yang mudah
berkarat, maka penambahan gelatin dapat mengurangi sernagan karat pada
logam
c. Ikan dan Kerang-kerangan
Pengemasan
ikan sarden dalam minyak atau saus tomat dan saus mustard degan kemasan
aluminium yang berlapis enamel, maka pH nya tidak boleh lebih dari 3.0,
karena jika lebih besar enamel tidak dapat melindungi produk.
Pengemasan lobster dengan kaleng aluminium tidak memerlukan kertas
perkamen yang biasanya digunakan untuk mencegah perubahan warna pada
kaleng tinplate.
d. Produk-produk Susu
Kemasan
aluminium untuk produk susu memerlukan lapisan pelindung, terutama pada
susu kental yang tidak manis. Penggunaan aluminium untuk produk-produk
susu seperti margarine dan mentega, berperan untuk memberikan sifat opaq
sehingga menjadi sekat lintasan bagi cahaya dan O2.
e. Minuman
Pengemasan
minuman dengan wadah aluminium harus diberi pelapis, yaitu epoksivinil
atau epoksi jernih untuk bir dan epoksivinil atau vinil organosol untuk
minuman ringan atau minuman berkarbonasi. Pengemasan teh dengan
aluminium yang tidak diberi lapis dapat menyebabkan terjadinya perubahan
warna dan flavor.
Metode Penutupan Container dari Aluminium Foil
-
Standard Seal : penutupan standar menggunakan alufo atau PVC di seluruh pemukaan container
-
Serrated Seal: Seperti standard seal, tapi terdapat cekungan yang berfungsi untuk meningkatkan kekuatan
-
Hooded Seal: foil tutupkan ke seluruh permukaan kontainer sampai bagian bawah kontainer yang melengkung
-
Coverlok: Penutupan dilakukan dengan cara ditekuk 90 derajat.
-
Heat Sealing: Foil dilapisi bahan sealer atay film plastik, kemudian diberi perlakuan panas untuk merekatkannya.
Mesin Untuk Kemasan Alumunium Foil.
Hand sealer
adalah mesin pengemas yang pengoperasiannya menggunakan tangan. Mesin
ini bisa digunakan untuk mem-packing aneka produk dalam kemasan plastik,
bahkan untuk mengemas dengan alumunium foil mesin ini cukup efektif.
Mesin ini biasanya dipakai oleh home industri dengan beragam produk
(produk makanan, obat, dll) yang dikemas dalam kantong plastik maupun
alumunium foil. Selain itu juga terdapat mesin foot sealer. Mesin foot sealer
adalah mesin pengemas/ sealer alumunium foil dan plastik yang
pengoperasiannya menggunakan kaki. hasil press atau sealer mesin ini
sangat maksimal. mesin sealer ini sangat cocok untuk semua usaha yang
produknya dikemas dalam kemasan alumunium foil dan plastik cocok untuk
usaha menengah ke atas (Inkuiri, 2011).
Mesin Continuous Sealer
adalah Mesin sealer plastik dan alumunium foil yang continue atau
bersambung terus dan kecepatannya juga bisa diatur sehingga dalam
produksi akan lebih cepat dari mesin yang lain. Panjang sealer mesin ini
tidak terbatas jadi anda bisa mengemas plastik sepanjang apapun ( tidak
terbatas ). Kelebihan mesin ini selain bisa continue juga bisa
digunakan untuk memberi cetakan tanggal kadaluarsa & kode produksi
(Inkuiri, 2011).
Mesin Blower Sealer
adalah mesin pengemas dan langsung otomatis ditiup atau dimasukan udara
didalam kemasannya, dan udaranya bisa diseting sesuai dengan kebutuhan.
Biasa dipakai untuk mengemas makan ringan yang renyah seperti snack
snack, keripik, roti, dan lain lain. supaya makanan di dalam kemasan
tidak mudah rusak atau patah. Mesin Vacuum Sealer (Dz-300a) adalah mesin
pengemas dan langsung otomatis di vacuum atau dihilangkan udaranya
(tidak ada udara lagi). Biasa dipakai untuk mengemas makan supaya tidak
cepat rusak atau lebih awet dan bisa juga mengemas benda atau product
anda biar kelihatan rapi (Inkuiri, 2011).
Mesin Vacuum Sealer Portable
(DZ-280A) adalah sama fungsinya seperti mesin vacuum type DZ-300A di
atas yaitu mesin pengemas dan langsung otomatic di vacuum atau
dihilangkan udaranya (tidak ada udara lagi) tapi bedanya mesin ini type
portable. cocok untuk ibu rumah tangga. Biasa dipakai untuk mengemas
makan supaya tidak cepat rusak atau lebih awet dan bisa juga mengemas
benda atau product anda biar kelihatan rapi (Inkuiri, 2011).
Ketahanan Kemasan
Kemasan yang baik harus dapat melindungi produk dari bahaya yang ditimbulkan oleh berbagai pengeruh luar.
Oleh karena itu, bahaya-bahaya iklim akan ditentukan yang tidak hanya oleh tujuan barang jadi tetapi rute dan cara pengangkutannya itu. Menurut Departemen perindustrian (2007) bahaya-bahaya iklim dapat semakin mudah untuk dipertimbangkan berdasarkan empat pokok masalah :
1. Perubahan temperature.
2.Bahan cairan yang berbahaya yakni air hujan, air laut atau kondensasi.
3. Uap air yang berbahaya (kelembaban tinggi).
4. Sinar atau radiasi solar langsung yang berbahaya.
Perlindungan atas Temperatur
Meskipun
perubahan-perubahan barang disebabkan oleh temperature tinggi atau
rendah, perlu mempertimbangkan pengaruh perubahan-perubahan suhu bahkan
khususnya untuk suhu dramatis yang tidak berbahaya. Dengan demikian,
pendinginan air panas, pendinginan moisture, pendinginan udara akan
menyebabkan pengumpulan moisture akibat kondensasi dan air cairan ini
dapat menyebabkan kekaratan baja sebahagian atau pengotoran air yang
sensitive pada bahan makanan, kimia dan lain sebagainya. Pengaruh suhu
atau umumnya, perubahan-perubahan suhu bervariasi secara besar-besaran
dari satu barang ke barang, biasanya lebih sulit untuk suhu tinggi
daripada suhu rendah. Misalnya, pengaruh-pengaruh keasaman disesuaikan
oleh peningkatan suhu, yakni perubahan-perubahan kimia dan biologi dalam
bahan makanan atau pharmasi. Oleh karenanya, ada ambang batas tertinggi
terhadap perubahan-perubahan biologi dengan dengan
temperatur-temperatur tinggi biasanya akan membunuh bakteri,
binatang-binatang kecil, dan jamur.
Suhu-suhu
yang lebih tinggi daripada perlawanan selama distribusi dan penyimpanan
normal. Meskipun ada peningkatan dalam resiko korosi atau degradasi
bakteri barang, karena ada perubahan-perubahan bagi barang itu sendiri
yang disebabkan oleh peningkatan suhu udara. Contoh barang-barang
berbahaya yang dipengaruhi oleh peningkatan suhu adalah :
(a)
Coklat. Bahaya disini adalah salah satu dari kelunakan dan melelehnya
barang mengakibatkan kerugian penjualan. Pendinginan selama distribusi
tidaklah layak dan pemeliharaan secara ekonomi untuk merumuskan coklat
dalam tingkat tidak basah tinggi, jika jarak ekspor coklat ke
Negara-negara dimana rata-rata suhunya dikenal sekital 350 – 40o.
(b)
Ikan. Perubahan-perubahan biologi yang terjadi sesudah ikan dipancing,
dan menyebabkan sifat off-odour ikan secara besar-besaran kurang baik
yang disesuaikan oleh peningkatan suhu. Oleh karena itu, biasanya ikan
dikemas pendingin es agar tersimpan dalam suhu rendah. Juga ada
kecenderungan terhadap penggunaan boks-boks yang berasal daro
polystryrene kasar yang mana insulator-insulator panas baik dan
selanjutnya tercapai penghematan pemakaian es.
(c)
Daging. Peningkatan temperature juga menyesuaikan degradasi biologi
daging, meskipun ini tidaklah secepat seperti halnya ikan. Daging dengan
penyimpanan yang dingin selama distribusi dan daging-daging pra
pengepakan ditawarkan untuk dijual dalam cabinet pendingin.
(d)
Buah-buahan dan sayur mayor. Peningkatan suhu menyebabkan peningkatan
tingkat pengembangan buah-buahan dan akhirnya akan menjadi pokok
pengembangan off-odours dan racun. Kebanyakan buah-buahan dan sayur
mayor seperti tomat dan minuman dingin, akan ada penyusutan jumlah panas
sehingga pak ventilasi perlu agar mencegah pengembangan panas. Ini
adalah salah satu alasan dalam pembentukan boks tomat konvensional,
dengan ventilasi di empat sudut pack untuk mencapai bebasnya udara
selama pengisian.
(e)
Makanan dalam kaleng. Jelaslah dapat dihindarkan atas peningkatan suhu
dalam pengepakan-pengepakan disini yang didistribusikan dan diproses
berdasarkan kondisi cukup dingin.
Turunnya
suhu tidaklah begitu penting dalam hal kebanyakan makanan membantu
untuk menyimpannya dan semakin meningkat daur hidupnya. Produk penting
yang dipengaruhi oleh temperature rendah adalah nilai penguapan. Nilai
penguapan meliputi pemisahan pigmen dengan resin sintetis dalam air.
Penting untuk mencegah unsure air yang berasal dari pendinginan dengan
kelambatan emulsi. Jika nilai yang dikeluarkan pada cuaca dingin maka
timah-timah tersebut harus ditempatkan diluar pengepakan guna memberikan
panas berikutnya.
Perlindungan
atas cairan air biasanya dimaksudkan untuk pengaturan bagian luar pak
pipa air yakni film plastic atau serat fiber atau karton. Jika pak yang
dibawah pada dek kargo, perlindungan atas air khususnya penting karena
kandungan garam air laut. Ini bahkan menjadi lebih korosif.
Meskipun
atas perlindungan cairan air senantiasa harus diingat bahwa moisture
dapat menurunkan ke dalam pak sampai dengan fluktuasi suhu. Salah satu
cara pencegahan untuk menempatkan bahan kimia seperti gel silica ke
dalam pengepakan. Bahan-bahan kimia itu dikenal desiccant dan merupakan
alat pengurai moisture dari atmosphere. Bahan desiccant, ini biasanya
ditempatkan pada kain atau jenis kantong yang sama untuk mencegah
hubungan diantara dessicant dengan barang yang dipak.
Penelitian
pertanyaan perlindungan atas uap air, terlebih dahulu membatasai
pengertian apa yang dimaksud kapan akan membicarakan masalah kelembaban.
Atmosphere jarang seluruhnya kering dan bahkan menyerap udara yang
biasanya berisi sejumlah uap air yang dapat dinilai yakni air dalam
bentuk gas. Masa air dinyatakan dalam meter kubik udara, diukur berdasar
kondisi yang ada, dengan istilah kelembaban absolute atmosphere. Jumlah
uap air dapat diambil oleh sejumlah udara secara langsung bervariasi
dengan atmosphere yakni udara panas, lebih banyak uap air yang dapat
diangkat. Rasion sesungguhnya jumlah air ada yang diperlukan untuk
mengisi air pada suhu yang sama dikenal dengan istilah kelembaban
relative atmosphere (lihat pelajaran 2). Bilamana uap udara adalah suhu
dingin yang akhirnya akan tercapai jika jumlah moisture yang adacukup
untuk mengisi udara pada suhu tersebut dengan pendinginan kapanpun
menyebabkan adanya gelembung-gelembung uap tersimpan disekeliling objek
dalam bentuk pendek. Suhu ini disebut nilai pendek dengan kelembaban
relative adalah 100 persen. Pada pelajaran kedua dijelaskan, dalam
bagian barang-barang mati, yakni moisture dapat menguraikan moisture
sampai dengan produk dan/atau pengepakan bahan. Pada pengepakan
tertutup, air bergerak dari atmosphere ke produk dan sebaliknya, sampai
dengan jumlah yang sama dicapai.
Pengepakan
kelembaban relative dengan nilai disebut Persamaan Kelembaban Relatif
(ERH). Konsep ini bermanfaat, jika barang yang ditempatkan di atmosphere
mencapai kelembaban relative besar daripada Persamaan Kelembaban
Relatif (ERH), ini akan menghilangkan moisture. Jika ditempatkan pada
kelembaban relative kurang dari Persamaan Kelembaban Relatif (ERH) yang
menambah moisture. Persamaan Kelembaban Relatif (ERH) barang dapat
ditentukan kurang tepat dengan penempatan beban sample-sampel dalam
serangkaian pipa tertutup berisi atmosphere dari perbedaan
kelembaban-kelembaban relative. Sampel yang dibebankan pada interval
sampai dengan tidak ada perubahan beban selanjutnya yang terjadi.
Perubahan sample sekurang-kurangnya pada beban yang jelas ada pada
atmosphere yang mempunyai kelembaban relative sampai ke Persamaan
Kelembaban Relatif (ERH). Kelembaban relative atmosphere tetap yang
dapat dipersiapkan oleh penempatan pengisian solusi asam bejana
tertutup. Kerangka kelembaban relative dapat dikembangkan dengan
penggunaan perbedaan bahan yakni sodium nitrate, potassium nitrate,
sodium klorida dsb.
Perlindungan atas uap air atmosphere adalah salah satu factor pengaruh
daur hidup pengepakan barang
yang kembali tergantung kepada:
- Sifat barang.
- Bidang daerah pada volume rasio pengepakan (Besarnya rasio, besarnya perlindungan yang dibutuhkan).
-
Kondisi atmosphere.
- Sisa uap moisture paking.
- Isi moisture kritis barang
Dalam
hal barang mati, maka perlindungan atas pengaruh kelembaban, seperti
makanan dihasilkan oleh bidang bejana moisture antara barang dengan
atmosphere. Bejana itu dapat dalam bentuk kaca atau plat timah (yakni
100 persen bejana), atau plastic (yakni bahan-bahan tertentu). Bahan
alumunium adalah bahan bejana lainnya, biasanya 100% efektif tetapi
biasanya ada beberapa lubang minyak (tebal dibawah 25 micron). Kertas
biasanya terlalu mudah sobek untuk menggerakan bejana uap moisture,
tetapi dapat memelihara untuk mengembangkan peralatan tersebut. Namun,
yang perlu dicatat, yakni container hanyalah barang yang cukup
berbahaya.
Kebanyakan
barang sudah dipengaruhi oleh sinar, pengaruh itu dapat berubah atau
menurun warna atau sinar yang dapat bergerak sebagai katalis beberapa
reaksi kimia. Dengan demikian, sinar akan mengkataliskan gerakan oksigen
pada beberapa lemak, meskipun ada radiasinya (dan dampaknya off-odour
atau sifat). Kebanyakan bahan-bahan pharmasi yang dipengaruhi oleh sinar
ultra violet, dan oleh karenannya akan dipakkan dalam botol-botol
berwarna. Jika dalam bejana yang cukup bening dibutuhkan, maka pemilihan
timah, tube alumunium atau bejana-bejana figmentasi yang tersedia. Pada
contoh yang ada dari kebutuhan barang dibutuhkan perlindungan absolute
dari sinar film foto.
Komentar
Posting Komentar