Mengintip Kesuksesan Generasi Ketiga Sido Muncul
Reporter : Rohimat Nurbaya | 22 Oktober 2015 07:03
Irwan Hidayat penerus Sido Muncul generasi ketiga (Foto: bloomberg.com)
Saat ini Irwan berada pada peringkat 44 orang terkaya di Indonesia dengan total kekayaan mencapai US$600 juta Rp9 triliun.
Money.id - Irwan Hidayat,
merupakan generasi ketiga pemilik Sido Muncul. Pada 1972 dia diwarisi
perusahaan dalam keadaan tidak menguntungkan. Irwan jadi penerima tongkat estafet kepemimpinan perusahaan itu dari ayahnya setelah diwarisi pendiri, Ny Rakhmat Sulistyo.
Saat itu, perusahaan menanggung utang dan hampir tidak memiliki aset
berarti. Utang bahan baku saja setara 30 bulan omzet perusahaan.
Kemudian aset pabrik hanya 600 meter persegi tanpa ada sebuah mesin pun. Sebagai bisnis keluarga dikelola turun-temurun, Irwan mencoba bertahan menghadapi pasang surut bisnis jamu.
Dia percaya ada titik terang pada industri jamu. Sebab jamu merupakan
warisan nenek moyang mendarah daging di hati segenap masyarakat
Indonesia.
Berusaha Bangkit
Irwan menyadari ada beberapa kesalahan dilakukan Sido Muncul. Pada
1993 dia dapat pelajaran sangat berharga dari orang gila. Dengan terus
terang orang gila itu mengatakan jamu Sido Muncul pahit dan tidak enak.
Kemudian Irwan berpikir keras membuat jamu suapaya disukai banyak orang.
Pada 1997 kepolosan Irwan soal bisnis membawanya pada keberuntungan.
Ketika itu banyak industri dan pelaku usaha terseok-seok dihantam badai
krisis ekonomi Indonesia. Tapi Sido Muncul justru membangun pabrik jamu
modern dengan sertifikasi industri farmasi.
Saat itu Sido Muncul tidak memiliki utang dalam dolar Amerika
Serikat. Di tengah badai krisis ekonomi, perusahaan tersebut
menghabiskan total uang Rp30 miliar untuk pabrik. Pabrik tersebut dibangun di lahan seluas 32 hektar. Di areal itu juga
ikut dikembangkan sarana agrowisata seluas 1,5 hektar. Laboratorium
Sido Muncul dibuat dengan standar farmasi, dibangun pada lahan seluas
3.000 meter persegi. Biayanya Rp2,5 miliar.
PT Sido Muncul kini memiliki 150 item produk jamu baik bermerek
maupun generik. Didukung kelengkapan infrastruktur pabrik dan beragam
produk, Irwan hanya tinggal menggenjot pemasaran.
Blusukan
Meski menjabat sebagai direktur perusahaan, Irwan tidak segan blusukan
ke pasar tradisional. Cara itu dilakukan supaya mengetahui peta pasar
produk Sido Muncul. Dia mengecek langsung guna memahami persoalan muncul
di lapangan.
Irwan juga kerap berdialog dan bertatap muka langsung dengan para pedagang dan penjaja jamu gendong di pasar tradisional.
Dengan keuletan, Irwan berhasil membawa Sido Muncul menembus pasar
Hongkong, dia juga bertekad masuk pasar Tiongkok. Impiannya, membuktikan
bahwa produk Indonesia lebih baik dari dari produk di negeri Tirai
Bambu itu.
Kerja keras Irwan membangun Sido Muncul membuahkan hasil. Usaha itu
membawa dia jadi pendatang baru dalam daftar orang terkaya di Indonesia.
Dirilis majalah Forbes pada 2014, Irwan berada pada peringkat 44
orang terkaya di Indonesia dengan total kekayaan mencapai US$600 juta
atau setara Rp9 triliun.
Logo
Ada yang menarik di balik logo Sidomuncul. Sejak berdiri, logo Sido
Muncul tidak pernah berubah. Gambarnya, anak kecil sedang digendong
seorang wanita. Ternyata logo itu Irwan kecil sedang digendong neneknya. Saat itu dia
dikenal rewel dan baru berhenti menangis ketika ditimang nenek.
Saat itu, foto pendiri jadi logo perusahaan sedang tren. Beberapa
perusahaan jamu lain seperti jamu Nyonya Item, Nyonya Kembar dan Nyonya
Meneer menggunakan gambar hampir mirip. Ketika hendak memberi logo pada perusahaan jamu Sido Muncul, sang
nenek berpikir kalau fotonya dan suami yang dipasang kelihatan aneh.
Maka sebagai cucu paling dekat foto Irwan dipilih sebagai pendamping.
Kisah ini kami sampaikan kepada teman-teman UMKM bahwa cerita indah keberhasilan seseorang ternyata juga dirangkai dari cerita pahit mengenai kesulitan-kesulitan yang dialaminya. Keberanian Sido Muncul saat berinvestasi dalam kondisi krisis perlu dicermati oleh teman-teman UMKM semua, bahwa kondisi krisis merupakan peluang untuk berintrospeksi kelemahan dan kekurangan diri dan juga merupakan kesempatan untuk melakukan ancang-ancang untuk kondisi setelah krisis.
Komentar
Posting Komentar