Pasar Tradisional Berbasis Potensi Lokal |
Hadirnya mini market dan supermarket sampai ke pedesaan tidak perlu disikapi dengan kontroversi, sebaiknya secara bijaksana kita menyikapinya sebagai "wacana" manajemen ritel yang lebih modern daripada manajemen tradisional yang selama ini diterapkan oleh pedagang ritel kita. Hal serupa juga diperlukan dalam menyikapi munculnya pasar modern yang "dianggap" mendesak keberadaan pasar tradisional dan disikapi dengan negatif oleh sementara pihak.
Kita tidak mungkin bisa membendung derasnya pasar modern yang menyerbu pedesaan selain dengan regulasi yang sehat yang bisa diterapkan oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah. Yang justru menjadi tantangan kita saat ini adalah bagaimana membangun pasar tradisional kita agar memiliki manajemen pengelolaan yang modern tetapi berbasis kepada kearifan lokal.
Differensiasi pasar tradisional dengan potensi dan kearifan lokal ini tidak mungkin disamai oleh pasar modern, dan hal ini yang perlu dikembangkan oleh pemerintah dan pihak terkait.
Pasar Tradisional Harus Dibangun Dengan Konsep Pariwisata
Sekali lagi kami mengingatkan bahwa pasar tradisional harus dibangun untuk menjadi magnet pengunjung baik pengunjung lokal maupun luar daerah. Hal-hal yang bisa menjadi magnet perlu dicermati dan selanjutnya dibuatkan program pengembangannya. Konsep pariwisata adalah pendekatan yang memungkinkan pasar tradisional bisa menjadi magnet.
Keunikan potensi lokal merupakan salah satu daya tarik bagi setiap daerah, disamping penataan dan pengelolaan pasar tersebut yang berkonsep pariwisata. Keunikan yang paling terbukti ampuh dalam menarik pengunjung adalah kuliner lokal, yang benar-benar asli daerah tersebut disamping juga dengan kerajinan dan produk lain yang tidak diproduksi oleh daerah lain.
Selama ini pasar tradisional tidak memperhatikan bahwa pasar tradisional memiliki fungsi mendisplay produk-produk asli daerah, mereka lebih cenderung memasarkan produk nasional yang bisa didapatkan dengan mudah di pasar modern. Produk nasional ini boleh ada, tapi harus diatur porsinya atau diatur penataannya. Pasar tradisional selama ini tidak mengakomodasi tempat-tempat bagi pengunjung untuk bisa menikmati kuliner asli dengan nyaman, karena kebanyakan pasar tradisional tidak dikelola dengan rapi, bersih dan nyaman.
Sebetulnya jika dicermati, jumlah pengunjung pasar tradisional dalam kesehariannya tidak kalah dengan jumlah pengunjung pasar modern, tetapi pihak pengelola tidak pernah memperhatikan bagaimana memanjakan pengunjung untuk lebih "betah" berada di pasar tradisional dengan hiburan kuliner dan produk-produk lokal yang unik dan bermutu. Penataan dan pengelolaan pasar yang nyaman harus menjadi pertimbangan utama dalam pengembangan pasar tradisional di masa mendatang.
Produk Lokal Yang Dijual Di Pasar Tradisional Harus Produk Yang Bermutu, Bukan Pasaran.
Paradigma bahwa produk-produk yang ada di pasar tradisional adalah produk pasaran dan bermutu rendah harus segera dirubah dengan pembinaan pedagang pasar dan UMKM produsen dalam meningkatkan kualitas produk dan kreativitas produk. Bahwa di pasar tradisional tersebut pengunjung akan disuguhi produk yang berkualitas dengan harga yang "lebih" menarik dengan nuansa tradisional tetapi dengan pengelolaan yang modern.
Kelebihan pasar tradisional adalah bahwa pedagang dan pengunjung bisa saling berinteraksi langsung dan menjalin komunikasi, sehingga ikatan emosional bisa langsung terjalin. Hal ini bisa menjadi sebuah daya tarik tersendiri dalam seni tawar menawar. Ego seorang pembeli dalam memenangkan "tawar-menawar" merupakan "hal" yang bisa dikelola sebagai sebuah "entertainment" tersendiri ketika berbelanja di pasar tradisional.
Produk yang unik dan hanya ada di pasar tradisional tersebut merupakan "obyek" entertainment bagi pengunjung dalam melakukan tawar-menawar langsung dengan pedagang. Produk yang unik dan bermutu akan memberikan jaminan kepada pedagang untuk tidak dipermainkan harga pasar, sementara pengunjung dari luar daerah akan merasa memiliki "kepuasan" dalam keberhasilannya menawar produk sesuai keinginan mereka.
Pasar Tradisional Bukan Tandingan Pasar Modern.
Jika mencermati uraian tersebut di atas, sebenarnya pasar tradisional bukanlah tandingan pasar modern, karena mereka sangat berbeda. Pasar modern justru akan head to head dengan pasar modern yang lain, mereka saling sodok dan karena persaingannya maka mereka mencoba menjadi "berbeda" dengan program mengangkat produk-produk lokal, tetapi pada kenyataannya produk lokal tersebut bukanlah prioritas untuk mereka karena bukan produk yang fast moving. Produk industrial-lah yang mereka prioritaskan karena lebih bersifat fast moving dan mudah dalam perolehannya.
Pasar tradisional justru menjadi unik karena keterbatasan produk yang disupply oleh pedagang atau produsennya, semakin sedikit produk yang disupply dan karena unik maka akan menjadi "daya tarik" tersendiri bagi pembeli dalam perolehannya. Secara emosional hal inilah yang sebenarnya menarik dari sisi pembeli.
Pasar Tradisional Sebagai Pasar Produk UMKM Lokal
Sudah saatnya UMKM produsen melirik pasar tradisional di daerahnya dalam memasarkan produknya, bukan berkutat terus dalam permasalah pemasaran produk. Seharusnya produk mereka ikut meramaikan pasar tradisional dan menjadi salah satu daya tarik bagi pembeli luar daerah. Tinggal seberapa menarikkah produk mereka ? Dan seberapa unik produk mereka ? Semua tergantung dari kreativitas dan inovasi dari setiap UMKM.
Sebenarnya kami berat hati juga ketika UMKM produsen lebih "bernafsu" berjualan di pasar modern daripada di pasar tradisional karena alasan "branding" yang lebih baik. Padahal branding yang lebih baik pun lebih ditekankan kepada seberapa banyak orang yang telah memiliki "pengalaman" dengan produk anda, bukan masalah tempat produk tersebut didisplay. Memang semua tergantung juga kepada desain produk tersebut untuk segmen apa, tetapi sebagian besar produk UMKM menyasar kepada segmen yang masuk ke segmen pasar tradisional.
Jika pengembangan pasar tradisional yang ideal sebagai pasar wisata, maka permasalahan pemasaran produk UMKM sedikit banyak akan terjawab.
Komentar
Posting Komentar