Rempah Bubuk Tetap Akan Menjadi Daya Tarik Ekspor Indonesia |
Sejenak berpaling ke sejarah masa lampau, saat Indonesia menjadi tujuan perburuan rempah-rempah dunia yang pada akhirnya membuat Indonesia menjadi jajahan negara Belanda. Semua terjadi karena memang Indonesia kaya rempah-rempah yang tidak bisa dihasilkan oleh negara-negara di Eropa.
Nah, apakah hal itu berlaku sampai sekarang ? Sudah pasti hal itu akan tetap sama seperti dulu, hanya saja mungkin wujud barangnya harus yang bernilai tambah.
Sebenarnya hal ini adalah sebuah peluang dan ide kepada para petani kita untuk mengolah dan mengawetkan produk rempah-rempah mereka dalam bentuk bubuk kering agar lebih awet dan mudah dalam mobilisasinya. Mereka bisa menjual kepada pedagang dalam bentuk segar, dan sisanya diolah dalam bentuk bubuk untuk selanjutnya dikemas untuk ukuran berat tertentu untuk dipasarkan atau disimpan sementara.
Permintaan produk rempah bubuk baik dalam bentuk murni satu jenis maupun racikan berbagai jenis sampai saat ini masih sangat tinggi, terlebih ketika makanan Indonesia sudah mulai dikenal oleh negara-negara asing. Sebagai contoh : bumbu instan untuk nasi goreng, rendang, rawon dan sebagainya. Permintaan ini datang dari Belanda, Korea, Jepang dan negara-negara Eropa lainnya.
Yang perlu disikapi secara optimis adalah banyaknya warga negara Indonesia di negera seberang, dan tentunya mereka akan merindukan makanan khas daerahnya. Tentunya untuk mendapatkan rempah-rempah dan bumbu di negara tempat dia tinggal tidaklah mudah, maka peluang ini bisa menjadi motivasi bagi para produsen bumbu instan dan rempah bubuk.
Issue-issue organik yang muncul juga perlu disikapi dengan bijaksana, bahwa saat ini pasar ekspor tidak menghendaki bahan pengawet dan penyedap dalam racikan bumbu, mereka lebih memilih yang sehat dan organik. Dan tentukan hal ini tidak sulit untuk dipenuhi, karena masih sebatas racikan bumbu kering.
Kami telah melihat banya UMKM yang memproduksi bumbu instan, sebagaimana bumbu instan yang diproduksi oleh perusahaan besar. Tapi memang harus diakui, bumbu instan dari UMKM lebih berkarakter lokal daripada bumbu instan produksi perusahaan besar yang lebih mengejar mass production dan efisiensi biaya.
Semua tulisan sederhana ini bisa memberikan motivasi kepada para UMKM untuk terus meningkatkan kualitas dan kapasitas produksi bumbu instan khas lokal dan rempah bubuk. Tidak harus berkemasan botol, karena kadang permintaan ekspor justru ingin yang kemasan aluminium bag atau plastik bag untuk kapasitas yang lebih banyak dan lebih murah tentunya. Perlu disikapi bahwa, para importir juga ingin memunculkan brand mereka, sehingga kemasan botol yang bermerk kadang tidak dipergunakan oleh mereka.
Komentar
Posting Komentar