Ubah Mindset Anda Tentang Marketing Communication |
Dengan ramainya pemasaran berbasis internet atau yang sering kita
sebut digital marketing kini sering muncul istilah traditional vs
digital. Digital digadang-gadang menjadi medium yang lebih efektif
dibandingkan pendahulunya. Digital itu “Low Budget, High Impact”, kata
sebagian orang. Namun benarkah begitu? Bukankah traditional atau digital
media adalah hanya persoalan “alat” untuk mencapai sasaran komunikasi
pemasaran kita?
Mari kita luruskan dengan memahami bagaimana pekerjaan marketing
communication secara mendasar. Di dalam kata marketing communication ada
dua kata, marketing dan communication. Secara awam bila kita memaknai
dua kata tersebut maka marketing communication adalah segala jenis
pekerjaan komunikasi yang dilakukan oleh brand atau perusahaan guna
mencapai tujuan pemasaran mereka. Jadi kata kuncinya ada di komunikasi,
untuk itu mari kita coba pahami bagaimana komunikasi bekerja.
Ditinjau dari bentuk atau modelnya maka kita akan melihat bahwa
komunikasi terdiri dari pemberi pesan / sender kemudian ada message yang
ia buat disalurkan melalui media yang pada akhirnya, bila sukses, akan
sampai kepada si penerima pesan tersebut / receiver. Untuk itu bagi
mereka yang ingin fokus bekerja di bidang komunikasi pemasaran maka
harus memahami sifat atau perilaku bagi manusia melakukan aktifitas
komunikasi, baik itu dari sisi si pengirim pesan / sender dan juga
penerima pesan / receiver.
Setelah memahami dari sisi manusianya kemudian kita perlu memahami
bagaimana proses komunikasi tersebut terjadi. Tujuan terjadinya proses
komunikasi adalah agar pesan yang kita buat bisa sampai kepada audience
kita secara efektif, yang berarti tepat sasaran. Untuk melakukan
perencanaan atau persiapan untuk memungkinkan proses komunikasi ini
dibagi 3, What To Say (message strategy), How To Say (creative
strategy), Which Medium to Say (media strategy). Semua diawali dengan
mau bilang apa, kita harus menentukan key message apa yang ingin kita
sampaikan kepada audience.
Setelah tau kita mau bilang apa kemudian tantangan selanjutnya adalah
bagaimana cara kita menyampaikanya. Cara menyampaikan sangat penting
karena kadang pesan salah diinterpretasikan dengan cara yang salah.
Kalaupun tidak salah setidaknya key message tidak sampai kepada audiene,
yang berarti pekerjaan komunikasi pemasaran kita tidak berjalan secara
efektif. Kemudian yang terakhir adalah Which Medium To Say, nah ini yang
harus dipahami betul. Medium yang digunakan seringnya disesuaikan
dengan What To Say dan How To Saynya, dan kadang juga disesuaikan dengan
target audience yang kita sasar. Apabila audience kita tidak ada atau
sedikit online, kenapa juga kita harus rela mengelontorkan banyak uang
untuk melakukan komunikasi pemasaran kita di digital. Jangan karena
ikut-ikutan trend digital jadinya kita tidak menjadi efektif dalam
mengkomunikasikan brand kita kepada target market kita.
Setelah memahami dasar komunikasi pemasaran bekerja maka sudah
seharusnya anda juga paham terhadap 2 isu penting yang mencerminkan
perubahan yang terjadi di disiplin komunikasi pemasaran, mari kita bahas
satu persatu:
1. Owned, Paid, and Earned Media Perspective
Dulu ada buku yang ditulis oleh Al Rise berjudul “The Rise of PR and
The Fall of Advertising” yang sempat ngehits banget di kalangan
mahasiswa maupun praktisi marcomm. Kala itu saya yang notabene menjadi
mahasiswa di kampus PR pun merasakan betul bagaimana ketika itu PR
diagung-agungkan kontra teknik Advertising yang sudah puluhan tahun
digunakan sebagai teknik paling jitu dalam berpromosi. Seringnya istilah
Marketing, Advertising, dan PR overlapping satu dan lainnya, sehingga
kadang sulit untuk dibedakan. Sehingga saya coba menyederhanakanya
dengan mengartikan bahwa Advertising adalah membeli space di media orang
lain untuk dimasukan brand kita (paid media) sedangkan PR adalah
menginfluence media untuk menaruh brand kita di salah satu space media
mereka secara gratis (earned media).
Kalo sekarang brand sudah bisa lebih independen dengan memiliki media
sendiri, sehingga tidak melulu harus membeli atau menginfluence demi
sebuah atau beberapa space. Untuk itu saya menyebut teknik brand
mengoptimasi konten di media milik sendiri (owned media) disebut dengan
content marketing. Nah, praktisi komunikasi pemasaran harus paham dengan
karakteristik dari 3 media ini tanpa membedakanya antara traditional
atau digital. Persoalanya kini bukan lagi soal perspektif pilih beriklan
di TV atau di Search Engine tetapi lebih memahami bagaimana Owned,
Paid, dan Earned Media ini bisa kita optimasi secara efektif sehingga
brand message kita sampai kepada audience dengan budget yang kita
miliki.
2. Inbound Marketing Perspective
Dalam tahapan komunikasi dulu kita mengenal model AIDA (Awareness –
Interest – Desire – Action) untuk memahami bagaimana audience tergerak
dari suatu keadaan ke keadaan lain. Dengan masuknya internet menjadi
bagian dari dunia komunikasi kita sehari-hari maka Dentsu, sebuah agency
Marcomm dari Jepang, merumuskan AISAS (Awareness – Interest – Search –
Action – Share). Yang menarik dari model tersebut adalah element dari
Search dan Share yang membuat Search Engine Optimization dan Social
Media Optimization menjadi sangat penting. Dengan ada perubahan model
tersebut, maka ada perubahan besar di bidang komunikasi pemasaran, yaitu
dari perspektif mencari konsumen (Outbound Marketing) menjadi bisa
dicari oleh konsumen (Inbound Marketing).
Dengan begitu banyaknya channel komunikasi yang hadir di tengah
masyarakat kita, konsumen menjadi cenderung untuk menutup diri dari
begitu banyaknya marketing message yang berseliweran di media setiap
harinya. Promosi dari brand kita kalau tidak jago dari segi kemasan
kreatif dan juga budget seringnya tenggelam bersama dengan promosi brand
lain yang lebih ok. Tapi dengan model AISAS kini konsumen justru lebih
aktif dalam menentukan tidak hanya produk apa saja yang ia butuhkan,
tetapi juga informasi. Dengan menjadi aktifnya konsumen maka tugas kita
adalah bagaimana ketika konsumen membutuhkan kita maka brand kita lah
yang muncuk di tengah-tengak competitor kita yang lain. Dan untuk
mendukung agar brand menjadi demikian kita juga harus berusaha agar baik
calon konsumen maupun konsumen kita mau membagikan cerita senangnya
tentang brand kita. Search dan Social saling berhubungan di dunia
Marcomm yang sudah memasuki era inbound marketing. Kombinasi Owned,
Earned, dan Paid Media yang baik bisa mendukung agar brand kita bisa
dengan mudah ditemukan oleh calon konsumen kita.
Pembahasan saya di atas adalah ringkasan untuk menjelaskan bahwa
komunikasi pemasaran bukan hanya persoalan harus memilih media apa
ketika kita ingin berpromosi, juga tentang bagaimana bisa ditemukan oleh
konsumen bukan mencari konsumen. Perubahan tersebut harus segera
diadaptasi oleh para pemilik brand bila ingin brandnya bisa bersaing
dengan para kompetitor yang mungkin sudah menyiapkan betul aktifitas
inbound marketingnya ketika kita masih berkutat dalam pertanyaan
“Bagaimana menemukan konsumen yang ingin membeli produk saya?”. Let’s
change.
Andi Primaretha Strategist | INFJ | Digital Leadership | Storytelling & Pop Culture | Work-Life Balance |
Komentar
Posting Komentar