Life Begins At 40 ! |
Walter B. Pitkin
, seorang psikolog Amerika pada tahun 1932 meluncurkan buku yang
berjudul "Life Begins at Forty". Pitkin bukan penggagas pertama
kata-kata tersebut karena jauh sebelum tahun 1932 kata-kata yang sama
telah ada. Namun tidak dipungkiri bahwa tulisan Pitkinlah yang membuat
pemahaman terhadap "kehidupan dimulai pada usia 40 tahun" menjadi sangat
popular hingga kini.
Terlepas dari itu semua yang jelas usia 40 tahun bagi seorang insan
adalah usia yang sudah cukup matang, sudah cukup merasakan manis
pahitnya hidup ini serta sudah kenyang mencicipi asam garamnya hidup.
Itu artinya usia 40 tahun adalah usia di mana seseorang harus mulai
memikirkan segala sesuatunya dengan penuh perhitungan dan pertimbangan
yang sangat matang. Apa yang harus ia lakukan untuk masa depannya, apa
yang harus ia kerjakan untuk keluarga dan anak cucunya nanti dan yang
tak kalah pentingnya adalah apa yang akan ia bawa untuk bekal hidupnya
nanti di akhirat kelak.
Secara fisik, emosional dan spiritual batas usia 40 tahun merupakan
ambang batas untuk menapaki tahap kehidupan selanjutnya. Momentum ini
kita tangkap sebagai awal perubahan yang lebih besar dan makin tidak
terduga. Perubahan alami yang makin besar tersebut kadang tanpa menunggu
kesiapan kita. Ya semua yang ada didunia ini akan selalu berubah,
seperti ungkapan dua filsuf Yunani yang begitu popular, dari Heraclitus
mengungkapkan: "there is nothing permanent except change," dan Socrates
juga mengungkapkan dengan makna yang serupa:"the only thing certain is
change." Hikmah dari perubahan ini adalah upaya proses yang
terus-menerus menuju kearah yang lebih baik, dan proses itu kita jaga
spiritnya sampai akhir hayat.
Maka sudah selayaknya saat seseorang pada tanggal kelahirannya,
dipenghujung usia 40 tahun bagai berada di rest area meluangkan waktu
berhenti sejanak untuk bermuhasabah semua amal perbuatan yang sudah
dijalaninya. Momen ini juga sebagai sarana peneguhan tekad dan pembaruan
spirit perjuangan hidup, karena kehidupan akan tetap terus berjalan
tanpa menunggu kesiapan kita. Bekal hidup yang sudah kita arungi
merupakan bentuk wisdom kita untuk menyongsong kehidupan masa depan yang
lebih baik. Nasib Baik dan Buruk kita bukan tergantung pada orang lain
tapi tergantung pada perjuangan diri kita sendiri.
Socrates dengan keras menegaskan: “Hidup yang tidak pernah
dipertanyakan, tidak pantas untuk dijalani”, (399 SM). Ungkapan tersebut
dimaksudkan untuk menggugah manusia agar memanfaatkan waktu hidupnya
demi kemaslahatan umat manusia yang sebesar-besarnya. Dengan demikian
waktu demi waktu yang dijalani oleh manusia bisa diberi makna
sepenuhnya.
Dan terakhir kami kutip dari Imam Ghozali, “……usia 40 tahun adalah
sebuah pertanda, sebuah isyarat. Seperti sebuah ikhtisar masa depan.
Jika di usia itu kebaikan lebih mendominasi, maka itu sebuah pertanda
baik untuk kehidupannya nanti……” Semoga bertepatan penulis pada usia 40
tahun ini merupakan hikmah pertanda kehidupan nanti yang lebih
baik………Amin Amiin Ya Rabbal Alamin.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/rofiq70/life-begins-at-forty_55003b32a33311ef6f51057a
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/rofiq70/life-begins-at-forty_55003b32a33311ef6f51057a
fisik, emosional
dan spiritual batas usia 40 tahun merupakan ambang batas untuk menapaki
tahap kehidupan selanjutnya. Momentum ini kita tangkap sebagai awal
perubahan yang lebih besar dan makin tidak terduga. Perubahan alami yang
makin besar tersebut kadang tanpa menunggu kesiapan kita. Ya semua yang
ada didunia ini akan selalu berubah, seperti ungkapan dua filsuf Yunani
yang begitu popular, dari Heraclitus mengungkapkan: "there is nothing
permanent except change,"
dan Socrates juga mengungkapkan dengan makna yang serupa:"the only thing
certain is change." Hikmah dari perubahan ini adalah upaya proses yang
terus-menerus menuju kearah yang lebih baik, dan proses itu kita jaga
spiritnya sampai akhir hayat.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/rofiq70/life-begins-at-forty_55003b32a33311ef6f51057a
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/rofiq70/life-begins-at-forty_55003b32a33311ef6f51057a
Walter B. Pitkin
, seorang psikolog Amerika pada tahun 1932 meluncurkan buku yang
berjudul "Life Begins at Forty". Pitkin bukan penggagas pertama
kata-kata tersebut karena jauh sebelum tahun 1932 kata-kata yang sama
telah ada. Namun tidak dipungkiri bahwa tulisan Pitkinlah yang membuat
pemahaman terhadap "kehidupan dimulai pada usia 40 tahun" menjadi sangat
popular hingga kini.
Terlepas dari itu semua yang jelas usia 40 tahun bagi seorang insan
adalah usia yang sudah cukup matang, sudah cukup merasakan manis
pahitnya hidup ini serta sudah kenyang mencicipi asam garamnya hidup.
Itu artinya usia 40 tahun adalah usia di mana seseorang harus mulai
memikirkan segala sesuatunya dengan penuh perhitungan dan pertimbangan
yang sangat matang. Apa yang harus ia lakukan untuk masa depannya, apa
yang harus ia kerjakan untuk keluarga dan anak cucunya nanti dan yang
tak kalah pentingnya adalah apa yang akan ia bawa untuk bekal hidupnya
nanti di akhirat kelak.
Secara fisik, emosional dan spiritual batas usia 40 tahun merupakan
ambang batas untuk menapaki tahap kehidupan selanjutnya. Momentum ini
kita tangkap sebagai awal perubahan yang lebih besar dan makin tidak
terduga. Perubahan alami yang makin besar tersebut kadang tanpa menunggu
kesiapan kita. Ya semua yang ada didunia ini akan selalu berubah,
seperti ungkapan dua filsuf Yunani yang begitu popular, dari Heraclitus
mengungkapkan: "there is nothing permanent except change," dan Socrates
juga mengungkapkan dengan makna yang serupa:"the only thing certain is
change." Hikmah dari perubahan ini adalah upaya proses yang
terus-menerus menuju kearah yang lebih baik, dan proses itu kita jaga
spiritnya sampai akhir hayat.
Maka sudah selayaknya saat seseorang pada tanggal kelahirannya,
dipenghujung usia 40 tahun bagai berada di rest area meluangkan waktu
berhenti sejanak untuk bermuhasabah semua amal perbuatan yang sudah
dijalaninya. Momen ini juga sebagai sarana peneguhan tekad dan pembaruan
spirit perjuangan hidup, karena kehidupan akan tetap terus berjalan
tanpa menunggu kesiapan kita. Bekal hidup yang sudah kita arungi
merupakan bentuk wisdom kita untuk menyongsong kehidupan masa depan yang
lebih baik. Nasib Baik dan Buruk kita bukan tergantung pada orang lain
tapi tergantung pada perjuangan diri kita sendiri.
Socrates dengan keras menegaskan: “Hidup yang tidak pernah
dipertanyakan, tidak pantas untuk dijalani”, (399 SM). Ungkapan tersebut
dimaksudkan untuk menggugah manusia agar memanfaatkan waktu hidupnya
demi kemaslahatan umat manusia yang sebesar-besarnya. Dengan demikian
waktu demi waktu yang dijalani oleh manusia bisa diberi makna
sepenuhnya.
Dan terakhir kami kutip dari Imam Ghozali, “……usia 40 tahun adalah
sebuah pertanda, sebuah isyarat. Seperti sebuah ikhtisar masa depan.
Jika di usia itu kebaikan lebih mendominasi, maka itu sebuah pertanda
baik untuk kehidupannya nanti……” Semoga bertepatan penulis pada usia 40
tahun ini merupakan hikmah pertanda kehidupan nanti yang lebih
baik………Amin Amiin Ya Rabbal Alamin.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/rofiq70/life-begins-at-forty_55003b32a33311ef6f51057a
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/rofiq70/life-begins-at-forty_55003b32a33311ef6f51057a
Ulasan di Kompasiana.Com
Walter B. Pitkin, seorang psikolog Amerika pada tahun 1932 meluncurkan buku yang berjudul "Life Begins at Forty". Pitkin bukan penggagas pertama kata-kata tersebut karena jauh sebelum tahun 1932 kata-kata yang sama telah ada. Namun tidak dipungkiri bahwa tulisan Pitkinlah yang membuat pemahaman terhadap "kehidupan dimulai pada usia 40 tahun" menjadi sangat popular hingga kini.
Terlepas dari itu semua yang jelas usia 40 tahun bagi seorang insan adalah usia yang sudah cukup matang, sudah cukup merasakan manis pahitnya hidup ini serta sudah kenyang mencicipi asam garamnya hidup. Itu artinya usia 40 tahun adalah usia di mana seseorang harus mulai memikirkan segala sesuatunya dengan penuh perhitungan dan pertimbangan yang sangat matang. Apa yang harus ia lakukan untuk masa depannya, apa yang harus ia kerjakan untuk keluarga dan anak cucunya nanti dan yang tak kalah pentingnya adalah apa yang akan ia bawa untuk bekal hidupnya nanti di akhirat kelak.
Secara fisik, emosional dan spiritual batas usia 40 tahun merupakan ambang batas untuk menapaki tahap kehidupan selanjutnya. Momentum ini kita tangkap sebagai awal perubahan yang lebih besar dan makin tidak terduga. Perubahan alami yang makin besar tersebut kadang tanpa menunggu kesiapan kita. Ya semua yang ada didunia ini akan selalu berubah, seperti ungkapan dua filsuf Yunani yang begitu popular, dari Heraclitus mengungkapkan: "there is nothing permanent except change," dan Socrates juga mengungkapkan dengan makna yang serupa:"the only thing certain is change."
Hikmah dari perubahan ini adalah upaya proses yang terus-menerus menuju kearah yang lebih baik, dan proses itu kita jaga spiritnya sampai akhir hayat. Maka sudah selayaknya saat seseorang pada tanggal kelahirannya, dipenghujung usia 40 tahun bagai berada di rest area meluangkan waktu berhenti sejanak untuk bermuhasabah semua amal perbuatan yang sudah dijalaninya. Momen ini juga sebagai sarana peneguhan tekad dan pembaruan spirit perjuangan hidup, karena kehidupan akan tetap terus berjalan tanpa menunggu kesiapan kita.
Bekal hidup yang sudah kita arungi merupakan bentuk wisdom kita untuk menyongsong kehidupan masa depan yang lebih baik. Nasib Baik dan Buruk kita bukan tergantung pada orang lain tapi tergantung pada perjuangan diri kita sendiri. Socrates dengan keras menegaskan: “Hidup yang tidak pernah dipertanyakan, tidak pantas untuk dijalani”, (399 SM). Ungkapan tersebut dimaksudkan untuk menggugah manusia agar memanfaatkan waktu hidupnya demi kemaslahatan umat manusia yang sebesar-besarnya. Dengan demikian waktu demi waktu yang dijalani oleh manusia bisa diberi makna sepenuhnya. Dan terakhir kami kutip dari Imam Ghozali, “……usia 40 tahun adalah sebuah pertanda, sebuah isyarat. Seperti sebuah ikhtisar masa depan. Jika di usia itu kebaikan lebih mendominasi, maka itu sebuah pertanda baik untuk kehidupannya nanti……” Semoga bertepatan penulis pada usia 40 tahun ini merupakan hikmah pertanda kehidupan nanti yang lebih baik………Amin Amiin Ya Rabbal Alamin.
Terlepas dari itu semua yang jelas usia 40 tahun bagi seorang insan adalah usia yang sudah cukup matang, sudah cukup merasakan manis pahitnya hidup ini serta sudah kenyang mencicipi asam garamnya hidup. Itu artinya usia 40 tahun adalah usia di mana seseorang harus mulai memikirkan segala sesuatunya dengan penuh perhitungan dan pertimbangan yang sangat matang. Apa yang harus ia lakukan untuk masa depannya, apa yang harus ia kerjakan untuk keluarga dan anak cucunya nanti dan yang tak kalah pentingnya adalah apa yang akan ia bawa untuk bekal hidupnya nanti di akhirat kelak.
Secara fisik, emosional dan spiritual batas usia 40 tahun merupakan ambang batas untuk menapaki tahap kehidupan selanjutnya. Momentum ini kita tangkap sebagai awal perubahan yang lebih besar dan makin tidak terduga. Perubahan alami yang makin besar tersebut kadang tanpa menunggu kesiapan kita. Ya semua yang ada didunia ini akan selalu berubah, seperti ungkapan dua filsuf Yunani yang begitu popular, dari Heraclitus mengungkapkan: "there is nothing permanent except change," dan Socrates juga mengungkapkan dengan makna yang serupa:"the only thing certain is change."
Hikmah dari perubahan ini adalah upaya proses yang terus-menerus menuju kearah yang lebih baik, dan proses itu kita jaga spiritnya sampai akhir hayat. Maka sudah selayaknya saat seseorang pada tanggal kelahirannya, dipenghujung usia 40 tahun bagai berada di rest area meluangkan waktu berhenti sejanak untuk bermuhasabah semua amal perbuatan yang sudah dijalaninya. Momen ini juga sebagai sarana peneguhan tekad dan pembaruan spirit perjuangan hidup, karena kehidupan akan tetap terus berjalan tanpa menunggu kesiapan kita.
Bekal hidup yang sudah kita arungi merupakan bentuk wisdom kita untuk menyongsong kehidupan masa depan yang lebih baik. Nasib Baik dan Buruk kita bukan tergantung pada orang lain tapi tergantung pada perjuangan diri kita sendiri. Socrates dengan keras menegaskan: “Hidup yang tidak pernah dipertanyakan, tidak pantas untuk dijalani”, (399 SM). Ungkapan tersebut dimaksudkan untuk menggugah manusia agar memanfaatkan waktu hidupnya demi kemaslahatan umat manusia yang sebesar-besarnya. Dengan demikian waktu demi waktu yang dijalani oleh manusia bisa diberi makna sepenuhnya. Dan terakhir kami kutip dari Imam Ghozali, “……usia 40 tahun adalah sebuah pertanda, sebuah isyarat. Seperti sebuah ikhtisar masa depan. Jika di usia itu kebaikan lebih mendominasi, maka itu sebuah pertanda baik untuk kehidupannya nanti……” Semoga bertepatan penulis pada usia 40 tahun ini merupakan hikmah pertanda kehidupan nanti yang lebih baik………Amin Amiin Ya Rabbal Alamin.
Life Begins At 40
Perjalanan pembinaan UKMM saya memberikan banyak pelajaran yang sangat berharga kepada saya pribadi, Tanpa terasa (tanpa sengaja) saya masuk ke dalam survery praktis karena rutinitas kegiatan saya. Survey mengenai keyakinan bahwa bahwa "life begins at 40" itu memang benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata pada kebanyakan banyak orang.
Meskipun tidak semuanya mengalami, namun kebanyakan UMKM binaan kami yang telah kami dampingi selama bertahun-tahun mengalami grafik menurun saat pelaku usaha masuk range usia 35 sd 40 tahun. Awalnya kami pun tidak menarik sebuah kesimpulan, namun ketikan hal tersebut hampir terjadi pada kebanyakan pelaku usaha, maka kami mulai "menduga" bahwa pada range usia tersebut di atas adalah masa "pendadaran" mental dan spiritual seseorang sebelum memasuki "hidup" yang sebenarnya, yaitu usia 40.
Menurunnya grafik hidup (terutama ekonomi) pada masa itu seolah menjadi suatu hal yang "tidak terelakkan" atau dengan kata lain bahwa masa pendadaran itu adalah masa yang harus dialami.
Memang pendapat ini akan mendapatkan reaksi kontra dari para karyawan atau pengawai atau pegawai negeri, karena mereka tidak mendapatkan "pengalaman" yang sama dengan para pelaku usaha. Namun jika dicermati secara introspektif maka pada masa-masa usia tersebut banyak di antara mereka merasakan grafik yang menurun.
Sekitar 2 tahun yang lalu pun saya pernah memberikan sedikit "warning" kepada salah satu binaan yang memiliki usaha supplier buah segar yang saat ini grafik yang sedang menaik tajam. Pertama kali yang saya tanyakan kepadanya adalah "saat ini sudah usia berapa ?" dan selanjutnya saya pun bertanya "apakah pernah mengalami kejatuhan dalam usaha ?". Jawaban yang saya terima adalah "saat ini usianya menjelang 35 tahun" dan "belum pernah mengalami kejatuhan, dan dia sangat optimis bahwa masa kejayaanya masih panjang".
Ternyata kurang dari setahun pertanyaan itu saya lontarkan, dia mengalami "banyak kejadian:" yang merugikan usahanya, mulai dari penipuan sampai dengan order yang tidak terbayar, sampai usahanya bangkrut saat ini. Dan setelah kejadian itu, dia datang kepada saya dan mengatakan :"apakah Bapak memang bisa meramal ?"
Buka, saya tidak bisa meramal, tapi saya belajar dari kejadian-kejadian serupa yang terjadi pada banyak teman-teman saya sebelumnya. Saya belajar dari pengalaman banyak orang, saya bukan peramal.
Di atas adalah salah satu contoh dari banyak contoh serupa yang pernah saya hadapi pada teman-teman saya. Ternyata "Life Begins At 40" adalah sebuah masa pendadaran sebelum memasuki hidup yang sebenarnya. Bersyukurlah bagi yang mengalami jauh sebelum rentang usia tersebut, karena masih memiliki fisik dan mental yang kuat saat mengalaminya. Tetapi bagi yang belum mengalaminya, selalulah waspada bahwa pendadaran tersebut bisa saja datang terlambat.
Tetap semangat, dan selalulah rencanakan hidup dan langkah anda !
B. Pitkin
, seorang psikolog Amerika pada tahun 1932 meluncurkan buku yang
berjudul "Life Begins at Forty". Pitkin bukan penggagas pertama
kata-kata tersebut karena jauh sebelum tahun 1932 kata-kata yang sama
telah ada. Namun tidak dipungkiri bahwa tulisan Pitkinlah yang membuat
pemahaman terhadap "kehidupan dimulai pada usia 40 tahun" menjadi sangat
popular hingga kini.
Terlepas dari itu semua yang jelas usia 40 tahun bagi seorang insan
adalah usia yang sudah cukup matang, sudah cukup merasakan manis
pahitnya hidup ini serta sudah kenyang mencicipi asam garamnya hidup.
Itu artinya usia 40 tahun adalah usia di mana seseorang harus mulai
memikirkan segala sesuatunya dengan penuh perhitungan dan pertimbangan
yang sangat matang. Apa yang harus ia lakukan untuk masa depannya, apa
yang harus ia kerjakan untuk keluarga dan anak cucunya nanti dan yang
tak kalah pentingnya adalah apa yang akan ia bawa untuk bekal hidupnya
nanti di akhirat kelak.
Secara fisik, emosional dan spiritual batas usia 40 tahun merupakan
ambang batas untuk menapaki tahap kehidupan selanjutnya. Momentum ini
kita tangkap sebagai awal perubahan yang lebih besar dan makin tidak
terduga. Perubahan alami yang makin besar tersebut kadang tanpa menunggu
kesiapan kita. Ya semua yang ada didunia ini akan selalu berubah,
seperti ungkapan dua filsuf Yunani yang begitu popular, dari Heraclitus
mengungkapkan: "there is nothing permanent except change," dan Socrates
juga mengungkapkan dengan makna yang serupa:"the only thing certain is
change." Hikmah dari perubahan ini adalah upaya proses yang
terus-menerus menuju kearah yang lebih baik, dan proses itu kita jaga
spiritnya sampai akhir hayat.
Maka sudah selayaknya saat seseorang pada tanggal kelahirannya,
dipenghujung usia 40 tahun bagai berada di rest area meluangkan waktu
berhenti sejanak untuk bermuhasabah semua amal perbuatan yang sudah
dijalaninya. Momen ini juga sebagai sarana peneguhan tekad dan pembaruan
spirit perjuangan hidup, karena kehidupan akan tetap terus berjalan
tanpa menunggu kesiapan kita. Bekal hidup yang sudah kita arungi
merupakan bentuk wisdom kita untuk menyongsong kehidupan masa depan yang
lebih baik. Nasib Baik dan Buruk kita bukan tergantung pada orang lain
tapi tergantung pada perjuangan diri kita sendiri.
Socrates dengan keras menegaskan: “Hidup yang tidak pernah
dipertanyakan, tidak pantas untuk dijalani”, (399 SM). Ungkapan tersebut
dimaksudkan untuk menggugah manusia agar memanfaatkan waktu hidupnya
demi kemaslahatan umat manusia yang sebesar-besarnya. Dengan demikian
waktu demi waktu yang dijalani oleh manusia bisa diberi makna
sepenuhnya.
Dan terakhir kami kutip dari Imam Ghozali, “……usia 40 tahun adalah
sebuah pertanda, sebuah isyarat. Seperti sebuah ikhtisar masa depan.
Jika di usia itu kebaikan lebih mendominasi, maka itu sebuah pertanda
baik untuk kehidupannya nanti……” Semoga bertepatan penulis pada usia 40
tahun ini merupakan hikmah pertanda kehidupan nanti yang lebih
baik………Amin Amiin Ya Rabbal Alamin.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/rofiq70/life-begins-at-forty_55003b32a33311ef6f51057a
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/rofiq70/life-begins-at-forty_55003b32a33311ef6f51057a
Komentar
Posting Komentar