Sentra Keramik Melikan, Bayat - Klaten |
Memiliki sentra produksi gerabah di Melikan, Bayat - Klaten, sentra kerajinan batu di Muntilan - Magelang dan sentra keramik di Klampok - Banjarnegara merupakan asset yang luar biasa bagi Jawa Tengah. Apalagi kita pahami bahwa sentra itu sudah turun-temurun dari generasi-generasi sebelumnya, dan sebenarnya ketiga sentra itu sudah memiliki brand yang cukup dikenal karena perjalanan kiprah mereka untuk kurun waktu tertentu.
Lantas mengapa justru sekarang seolah obor yang telah menyala tersebu menjadi meredup? Bukankah selama bertahun-tahun masyarakat sekitar hidup dari kegiatan kerajinan tersebut?
Memberikan pelatihan secara parsial seperti pelatihan ketrampilan, pelatihan pemasaran, promosi melalui pameran dan sebagainya belum menjadi solusi yang tepat untuk kondisi permasalahan mereka. Untuk kondisi permasalahan mereka saat ini, kita butuh solusi yang terintegrasi dengan baik.
Jika beberapa waktu lalu kami belajar mengenai sociopreneurship maka inilah apa yang ingin kami pelajari untuk bisa memecahkan permasalahan ini. Kita butuh sebuah konsep sehebat "pasar papringan" yang telah diujicobakan oleh Mas Singgih Susilo Kartono untuk memberdayakan masyarakat Ngadiprono, Kedu - Temanggung.
Sentra Gerabah Melikan - Klaten |
Sentra Kerajinan Batu - Muntilan |
Sentra Keramik Klampok - Banjarnegara |
Analoginya, kita bisa memberdayakan masyarakat di daerah sentra-sentra tersebut dengan "sesuatu" yang terintegrasi mulai dari pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia di daerah tersebut dengan kemampuan memberdayakan kemampuan dan ketrampilan mereka di bidang kerajinan masing-masing, pembinaan SDM untuk menggarap potensi lokal dengan maksimal yang mampu menjawab perkembangan jaman, dan membuat pasar lokal yang khusus menjual produksi lokal tersebut dengan konsep yang khusus dan mampu menjadi daya tarik wisata.
Dibutuhkan seorang sociopreneur untuk menggarap potensi ini. Mengapa butuh seorang sociopreneur? Adalah karena kita ingin membangun sentra tersebut dengan semangat kemandirian. Campur tangan dari pemerintah cenderung berupa instruksi-instruksi yang kaku sehingga justru mematikan kreativitas masyarakat setempat. Semangat ini harus tumbuh secara alami dari masyarakat setempat, pemerintah hanya sebatas membantu dari sisi penyediaan infrastruktur pendukung dan fasilitas lain yang sifatnya untuk meningkatkan capacity building.
Permasalahan Kualitas dan Desain.
Memang harus diakui bahwa kelemahan dari para pengrajin kita adalah pada kualitas dan konsistensinya, dibutuhkan kecermatan dalam detail dan kemampuan dalam mengeksplorasi bahan baku. Selama ini masyarakat di sentra tersebut hanya "pasrah" pada bahan baku yang selama ini mereka garap secara turun-menuruh, padahal berbagai penelitian bahan baku yang telah dilakukan oleh Mas Roy Wibisono dari Nuanza Porcelen membuktikan bahwa hampir semua tanah di Jawa Tengah bisa jadi keramik.
Selain kualitas, permasalahan desain menjadi hal yang mendasar bagi para pengrajin. Mereka memang kurang wawasan dan pengetahuan mengenai desain, dibutuhkan seorang atau perusahaan desain yang bisa mendukung kemampuan mereka dalam mengembangkan produk yang sesuai perkembangan jaman dan mampu memenuhi kebutuhan pasar.
Permasalahan Pemasaran.
Jika sekedar melakukan promosi dan upaya pemasaran, mungkin sudah banyak pihak yang membantu melakukannya, tetapi hasilnya kurang maksimal apalagi ketika para relawan promosi dan pemasaran ini dihadapkan pada masalah "trend" dan desain yang dibutuhkan oleh pasar saat ini.
Yang dibutuhkan oleh sentra tersebut adalah membuat produk yang mampu mengendalikan pasar, atau bisa dikatakan membuat produk lokal yang special yang mampu menjadi magnet serta mampu membangun pasarnya sendiri.
Sebuah konsep pemasaran yang terintegrasi dibutuhkan dalam membantu produk dari sentra-sentra tersebut yang saat ini sudah dianggap "ketinggalan', sebuah tantangan yang berat tetapi tidak mustahil bisa dipecahkan.
Pasar ini harus juga menjadi daya tarik wisatawan, agar brand dari sentra produksi tersebut tetap kuat terjaga. Misalnya saja perlu dibangun sebuah "Taman Batu" yang seolah mampu membawa para pengunjung "masuk" ke dalam imajinasi hidup di alam 'Mr. Flinstone" untuk di Sentra Kerajinan Batu Muntilan. Konsepnya adalah semua seolah hidup di jaman batu. Jangan lupakan kerarifan lokal setempat, semua dikelola sesuai apa yang orang ingin rasakan berada di daerah sentra batu tersebut.
Untuk sentra gerabah dan keramik pun kita bisa membangun konsep yang serupa, dimana orang bisa merasakan "nilai" dan "budaya" daerah tersebut yang akan mereka bayar sesuai dengan biaya paket wisata yang dibelinya. Ada pasar khusus gerabah atau keramik yang hanya ada di daerah tersebut, ada edukasi yang bisa diikuti, ada kehidupan yang bisa mereka selami dengan menginap di home stay yang disediakan dan yang paling penting ada keramahan lokal yang akan selalu mengingatkan orang pada daerah tersebut.
Jika yang paling menarik adalah daya tarik kuliner, maka unsur ini bisa dimasukkan sebagai magnet pengunjung. Paket kuliner yang memang asli daerah tersebut yang mengeksplorasi makanan dan minuman setempat, dengan konsep sehat (tanpa pengawet, tanpa pewarna dan tanpa penyedap). Produk gerabah, keramik dan batu pun bisa disesuaikan dengan hal yang paling dibutuhkan banyak orang saat ini yaitu: tableware dan kitchenware !
Siapa sih kaum wanita yang tidak akan tergerak hatinya jika disodori promosi kuliner dan promosi tableware dan kitchenware ?
Komentar
Posting Komentar