Usaha mikro lahir karena mereka mau survive |
Jika dicermati sebenarnya dari banyak usaha skala UMKM yang paling banyak adalah usaha mikro, mulai dari produsen maupun pedagang. Lebih-lebih lagi usaha mikro ini berawal dari usaha rumahan, atau bisa dikatakan sebagai usaha pribadi.
Bagi sebagian pelaku usaha mikro melakukan bisnis secara profesional belum terpikirkan sama sekali karena latar belakang mereka memulai usaha adalah untuk bertahan hidup (survive). Masih teringat saya dengan apa yang disampaikan Pak Sandiaga Uno, bahwa untuk daerah-daerah kawasan industri besar, jumlah pelaku usaha mikro bisa saja di satu saat melonjak tajam karena kasus PHK namun di saat lain jumlah mereka bisa merosot tajam karena muncul industri baru yang bisa menyerap mereka menjadi karyawan. Untuk kasus ini memang tidak salah jika solusinya adalah investasi pada industri di kawasan tersebut. Tetapi untuk daerah yang non kawasan industri ada kemungkinan mereka memang ingin memulai usaha dan mengembangkannya.
Nah, sekarang muncul lagi usaha mikro untuk kalangan industri kreatif yang terdiri dari para generasi muda yang banyak berbisnis di bidang digital atau bisa dibilang industri berbasis teknologi. Mereka lebih individual sehingga saya dulu mengatakan mereka sebagai para pekerja mandiri seperti seniman.
Inilah yang saya hadapi di lapangan, yang harus saya pahami latar belakang masing-masing sebelum kita bantu membangun konsep bisnis sederhana dan mendampingi mereka dengan konsultasi-konsultasi kami. Hal yang paling mendasar adalah memahami arti bisnis bagi mereka, memahami asset dan potensi serta mengelolanya sesuai peluang bisnis yang ada, dan bagaimana mempersiapkan diri untuk menjadi seorang yang bermental wira usaha.
Pada awalnya memang bisnis merupakan salah satu satu cara untuk hidup, namun setelah mereka bisa betahan hidup jika mereka stagnan maka mereka pun akan mengalami masalah yang berulang. Bisnis mereka harus berkembang, tidak perlu jauh untuk menjadi sebuah korporasi namun mengenai bagaimana mereka membangun omzet dan asset serta menambah jaringan bisnis mereka.
Karena ini terkait dengan bisnis, maka tidak mungkin mereka akan terlepas dari pengaruh lingkungan bisnis oleh sebab itu mereka harus selalu update dan peka terhadap perubahan lingkungan bisnis yang terjadi saat ini karena bisa mempengarahi bisnis mereka. Jika saat ini sudah jamannya digital, maka mereka pun harus adjust & adapt (berubah dan beradaptasi). Bisa jadi cara-cara lama dan konvensional sudah tidak berlaku lagi sekarang.
Ada 2 kubu di sini, yaitu golongan usaha mikro konvensional dan golongan mikro industri kreatif yang didominasi para generasi muda. Saya melihat optimisme yang luar biasa pada golongan kedua. Mengajarkan cara-cara digital pada golongan pertama akan membutuhkan effort yang luar biasa, oleh sebab itu saya melakukan cara kolaborasi antar keduanya. Golongan kedua rata-rata tidak mau capek dengan kegiatan produksi, mereka hanya mau jual sementara golongan pertaman didominasi oleh para produsen. Nah, klop kan ?!
Inilah yang telah saya lakukan dan akan terus kami lakukan untuk percepatan progress usaha skala mikro, meskipun tidak menutup kemungkinan golongan kedua bisa kami gandengkan dengan usaha skala kecil dan menengah serta besar. Tetapi fokus kami saat ini adalah mengangkat usaha skala mikro golongan pertama, karena jumlaah mereka sangat besar dan pengaruhnya terhadap ekonomi pun sangat signifikan.
Kami berharap upaya-upaya kami ini mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, dan sharing saya hari ini bisa sangat bermanfaat bagi semua pihak terutama pemerintah.
Komentar
Posting Komentar